1. Psikopat tak bisa mengenali rasa takut
Psikopat tak bisa mengerti rasa takut, sehingga dia juga tak bisa melihat rasa takut dari wajah orang lain. Meski korbannya sudah membelalakkan mata dengan wajah ketakutan, mereka tak akan bisa mengenali dan berpikir bahwa korbannya sedang ketakutan.
Hasil ini ditemukan peneliti dari Georgetown University yang melakukan tes terhadap 36 anak. Beberapa anak dengan tingkat psikopatik tinggi diketahui tak bisa membedakan antara wajah ketakutan dan wajah yang netral. Hal ini diperkirakan karena adanya kerusakan pada amygdala, bagian otak yang mengontrol respon terhadap rasa takut. Bagian luar amygdala pada psikopat lebih tipis dan kecil dibandingkan dengan otak manusia normal.
Uniknya, hal ini tak mempengaruhi efek penangkapan emosi lain, seperti rasa sedih dan lainnya. Tak hanya tak bisa mengenali rasa takut, psikopat juga tak bisa merasakan rasa takut. Mereka seringkali kesulitan ketika harus merespon hal-hal yang menakutkan. Seorang pembunuh yang psikopat dan menjadi objek penelitian di Marsh College bahkan pernah mengatakan: "Aku tak tahu ekspresi apa itu, tapi aku tahu itu adalah ekspresi yang ditunjukkan orang sebelum aku menusuk mereka."
2.Psikopat kecanduan dopamin
Ketika seseorang merasa senang, seperti ketika sedang jatuh cinta, makan cokelat, dan lainnya, dopamin dalam otak akan bekerja. Dopamin bekerja dengan memberikan rasa penghargaan pada seseorang. Hal ini yang membuat psikopat sering membunuh atau menyakiti orang lain.
3. Psikopat bisa mengubah rasa empati mereka
Bayangkan saklar lampu yang ada di rumah Anda. Seperti itulah keadaan empati seorang psikopat. Sejak dulu banyak orang percaya bahwa psikopat tak bisa merasakan empati. Namun faktanya, mereka sebenarnya bisa jika mereka mengaktifkan empati mereka.
Untuk itu, psikopat bisa terlihat sangat ramah, meyakinkan, dan memanipulasi orang lain. Namun ketika empati itu dimatikan, mereka bisa membunuh dengan brutal dan dingin tanpa merasa kasihan sedikit pun pada korbannya. Ketika mereka membunuh, mereka memilih untuk mematikan empati tersebut. Namun ketika mereka sedang bersikap ramah, bisa jadi mereka menghidupkan empati itu lagi.
Menurut Joshua Buckholtz dari Vanderbilt University di Nashville, otak psikopat tak hanya memproduksi dopamin, tetapi juga menganggap dopamin lebih berharga dibandingkan dengan senyawa otak lainnya. Hal ini lah yang membuat psikopat berusaha membuat otaknya terus memproduksi dopamine untuk merasa senang. Caranya adalah dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai termasuk membunuh orang.
4.Dunia bisnis sebenarnya dipenuhi psikopat
Berdasarkan peneliti Oxford, Kevin Dutton, pada tahun 2013 mengungkap beberapa jenis profesi yang menarik bagi psikopat. Jangan kaget bahwa ternyata banyak orang berkecenderungan psikopat yang bekerja sebagai polisi, ahli bedah, atau pengacara. Salah satu profesi yang paling banyak diminati oleh psikopat adalah bidang bisnis.
Sayangnya, psikopat biasanya adalah pemimpin yang buruk dan tak mudah berteman atau bekerja sama dengan orang lain. Biasanya mereka akan berhasil dalam sebuah bisnis karena kemampuan mereka menjilat dan memanipulasi orang lain. Jika mereka tak bisa memanipulasi karyawan, mereka akan menggunakan kekerasan atau teror.
5.Psikopat suka ngetroll di internet
Trolling, atau mengerjai orang di dunia maya diketahui sebagai salah satu kegemaran psikopat. Hal ini ditemukan peneliti setelah melakukan survei. Orang yang memiliki kecenderungan sebagai psikopat diketahui suka melakukan trolling di internet, atau bermain sebagai musuh di game online hanya agar bisa membunuh dan menyiksa karakter lain.
Orang yang seringkali mengerjai orang lain di dunia maya memiliki kecenderungan kepribadian narsis, sadis, dan psikopat. Mereka suka menyakiti dan mengerjai orang lain dan tidak memiliki sopan santun. Peneliti telah menemukan adanya kaitan antara kebiasaan trolling di internet dengan kecenderungan seseorang sebagai psikopat.
5.Psikopat yang baik
Ternyata, meski seseorang memiliki DNA dan struktur otak yang psikopat, seseorang bisa memilih untuk menjadi psikopat atau tidak. Salah satu buktinya adalah peneliti saraf, James Fallon. Fallon merasa jengah dengan sejarah keluarganya yang terkait dengan banyak pembunuhan. Selanjutnya dia melakukan scan otak dan tes DNA.
Fallon harus terkejut karena selain dia memiliki struktur otak seorang psikopat, dia juga memiliki serangkaian DNA yang disebut dengan gen kesatria. Gen ini membuat orang yang memilikinya lebih mudah berperilaku agresif. Meski begitu, diketahui bahwa James Fallon tak memiliki kecenderungan sikap seperti psikopat yang suka menyakiti orang lain. Dia bahkan diketahui suka menyumbang untuk kegiatan sosial dan membantu teman-temannya.
Meski begitu, Fallon mengaku dia memang tak mudah bersimpati pada orang lain dan sangat kompetitif. Dia bahkan tak akan mengalah dalam permainan dengan cucunya. Namun Fallon bersyukur karena dibesarkan oleh orang tua yang penyayang sehingga dia tak tumbuh menjadi psikopat yang berperilaku buruk apalagi suka melakukan kejahatan.
7.Psikopat memiliki indera penciuman yang buruk
Pada september 2013, profesor Jason Castro dan Chakra Chennubholta memutuskan untuk membuat kategori yang dikenal oleh manusia. Mereka menemukan bahwa manusia bisa mengenali 10 jenis bau. Beberapa orang memang memiliki kesulitan saat mengenali beberapa jenis bau tertentu, namun berbeda dengan psikopat.
Peneliti menemukan bahwa psikopat memiliki kesulitan untuk mengidentifikasi bau. Semakin kuat kecenderungan psikopat mereka, semakin sulit pula mereka mengenali bau. Hal ini sebenarnya menarik, karena seringkali psikopat dengan mudah mengelabui petugas dalam tes empati atau simpati. Namun mereka selalu gagal dalam tes mengenali bau.
8.Psikopat memiliki pola berbicara yang khusus
Sementara psikopat bisa terlihat manipulatif, ramah, dan cerdas, namun peneliti dari Cornell University menemukan bahwa psikopat seringkali memiliki pola pembicaraan yang sama. Dan ini seringkali meluncur begitu saja dari mulut mereka. Hasil ini ditemukan peneliti setelah melakukan wawancara terhadap 52 pembunuh, 14 di antaranya adalah psikopat.
Setelah menganalisis pembicaraan, peneliti menemukan adanya kesamaan dalam cara bicara psikopat. Mereka sangat sering menggunakan hata "mmm" dan "uh" lebih sering daripada penjahat yang lain. Selain itu, mereka kebanyakan menggunakan frase sebab-akibat, termasuk penggunaan kata 'karena'. Ketika penjahat lainnya lebih sering membicarakan keluarga, psikopat berfokus pada kepentingan mereka seperti makanan, minuman, dan kebutuhan lain.
Itulah beberapa fakta mengejutkan mengenai psikopat. Ketika Anda memiliki kenalan dengan ciri-ciri di atas, lebih baik berhati-hatilah. Meski ada juga kasus psikopat yang tak melakukan kejahatan seperti sudah dijelaskan sebelumnya. Namun sebaiknya selalu waspada dan berhati-hati.