Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Fertility and Sterility disebutkan bahwa stres secara psikologis dapat menurunkan kualitas sperma dan kesuburan sperma itu sendiri.
Ahli Epidemiologi di Columbia Mailman School of Public Health Pam Factor-Litvak mengatakan, pria yang selalu merasa stres, tidak hanya berdampak pada konsentrasinya yang mengalami penurunan. Tapi, efek itu pun berdampak pada kualitas spermanya.
"Sperma mereka juga cenderung menjadi cacat atau memiliki gangguan motalitas. Dan masalah ini dapat dikaitkan dengan masalah kesuburan," kata Pam seperti dikutip TIME, Jumat (30/5/2014)
Hasil ini didapatkan, setelah para peneliti itu mempelajari 193 orang pria berusia 38 sampai 49 tahun, yang dinilai tingkat stresnya dan bagaimana stres itu memengaruhi kehidupannya sehari-hari. Stres dalam menjalani kehidupan, mampu menurunkan kualitas sperma, bahkan setelah para peneliti itu melihat faktor-faktor lainnya seperti masalah kesehatan atau masalah kesuburan.
Kabar bahagianya adalah kualitas sperma mengalami penurunan khusus untuk mereka yang mengalami stres di kehidupannya, bukan stres akibat pekerjaan yang menumpuk.
Meski begitu, kata Pam, tegang di tempat kerja atau stres karena pekerjaan yang tidak kunjung ada habisnya, berdampak pada jumlah testosteron yang mengalami penurunan dan dapat menyakiti kesehatan reproduksi dari seorang pria.
Sampai saat ini, para peneliti terus mencari tahu mengapa stres yang diakibatkan ketegangan emosional mampu memengaruhi kualitas air mani seorang pria.