TINGKAT keberhasilan transplantasi hati saat ini telah mencapai lebih dari 90 persen setelah ditemukan obat penekan terjadinya infeksi pasca tindakan operasi. Hal ini memberi harapan bagi para penderita sirosis hati maupun kanker hati untuk bisa sembuh dan meningkatkan kualitas hidupnya. Sayangnya, Indonesia hingga kini belum memiliki pusat transplantasi hati.
Menurut ahli hati Prof Ali Sulaiman, Kamis (11/9), dalam acara peluncuran program pendataan penyakit Hepatitis C tahap dua, di Hotel Millenium, Jakarta, pendirian pusat transplantasi hati diharapkan bisa direalisasikan dalam tiga tahun ke depan, sehingga para pasien Indonesia yang hendak menjalani cangkok hati tidak perlu lagi ke luar negeri.
Saat ini diperkirakan sekitar 20 juta penduduk Indonesia terserang penyakit hati menahun, 20-40 persen di antaranya akan jadi sirosis. Ini berarti ada 4-8 juta pengidap virus tadi akan jadi sirosis hati. Jika dibiarkan tanpa upaya pengobatan, penderita akan memasuki tahap sirosis dengan komplikasi.
Transplantasi hati kini banyak digunakan sebagai pengobatan untuk penyakit hati stadium akhir, gagal hati akut, dan kanker hati. Teknik yang sering digunakan adalah transplantasi ortotopik, yaitu hati penderita diambil dan diganti dengan hati donor yang sehat. Setelah cangkok hati, penderita biasanya mampu hidup jauh lebih lama dengan kualitas hidup baik. Kebanyakan penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan rutinnya seperti semula.
Perbaikan nyata dalam teknik operasi membuat pusat transplantasi hati didirikan di banyak negara, di antaranya Amerika, Eropa, China, dan India. Di Amerika Serikat ada 125 pusat tra nsplantasi hati dan setiap tahun lebih dari 5.000 transplantasi dikerjakan. "Untuk memulai program transplantasi, perlu pendirian pusat hati, bilier, pankreas, dan gastrointestinal dalam rumah sakit dengan fasilitas perawatan tersier untuk kasus dengan komplikasi berat," ujarnya.
Dengan adanya obat penekan terjadinya infeksi, tingkat keberhasilan cangkok hati, baik dengan organ hati dari pendonor yang meninggal maupun organ hati dari pendonor yang masih hidup, mencapai lebih dari 90 persen. Pada donor hidup, setelah sebagian dari organ hati yang dibedah itu diangkat untuk dicangkokkan ke organ hati penerima donor, organ hati dalam tubuh pendonor biasan ya melakukan regenerasi 4-6 minggu hingga akhirnya hati baru yang tumbuh akan mencapai ukuran semula.
Jika donor hati dari orang dewasa untuk pasien anak, maka bagian hati yang diambil relatif kecil, sehingga kecil kemungkinan terjadi komplikasi pada pendonor dewasa, kata dia. Meski demikian, ia mengakui masih ada komplikasi yang bisa timbul pada orang yang mendonorkan organ hatinya meskipun persentasenya sangat kecil, terutama transplantasi hati dari donor dewasa ke pasien yang juga sudah dewasa , lantaran bagian hati yang diambil cukup besar.
Menurut hasil studi yang dilakukan tim peneliti dari Universitas California di bawah pimpinan Dr Rafik M Ghobrial, sebanyak 38 persen dari pendonor hati akan mengalami komplikasi akibat prosedur bedah yang mereka jalani. Meski dalam banyak kasus tingkat keparahan penyakit masih rendah, proporsi pasien secara signifikan akan menderita komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa mereka.
Dalam studi itu, tercatat 405 organ donor diterima untuk didonasikan antara tahun 1998-2003. Dari total jumlah yang didonorkan, 393 organ hati di antaranya berhasil didonasikan dan 12 organ lain gagal dicangkokkan. Sebanyak 62 persen dari pendonor organ hati tidak mengalami komplikasi, 21 persen mengalami satu komplikasi, dan 17 persen mendapat dua atau lebih dari 220 komplikasi yang bisa timbul pasca pencangkokan hati. Umumnya, komplikasi yang timbul ringan, tapi sebanyak 4 persen dari komplikasi menyebabkan kecacatan dan 0,8 persen berakibat fatal.
Komplikasi paling umum terjadi adalah infeksi bakteri yang diikuti sejumlah penyakit lain seperti kebocoran empedu dan hernia. Dalam dua kasus, bekuan atau gumpalan terbentuk dalam urat darah halus. Sebanyak 13 persen dari donor kembali dirawat di rumah sakit, dan 4 persen dari donor mengalami berbagai gan gguan kesehatan.
Temuan dari studi ini sebaiknya digunakan untuk edukasi dan menginformasikan proses persetujuan bagi mereka akan jadi donor, kata Ghobrial sebagaimana dikutip kantor berita Reuters . Sebelum menyetujui proses cangkok hati, para pasien harus mendapat penjelasan dari para dokter b ersangkutan mengenai semua risiko dan manfaat dari prosedur atau tindakan yang dilakukan dan menginformasikan alternatif pengobatan yang ada. (Kompas, 11 September 2008 )