HEPATITIS C adalah penyakit peradangan hati menular yang gejala klinis awalnya tidak tampak sehingga banyak pasien mengidap penyakit ini sudah dalam kondisi kronis. Kalaupun sudah kronis, hepatitis C sebaiknya tidak dibiarkan tanpa penanganan karena bisa menimbulkan beban ekonomi yang sangat besar.
Seperti diungkapkan Ketua Kelompok Kerja Hepatitis Departemen Kesehatan Prof Dr H Ali Sulaiman, PhD SpPD-KGEH, hepatitis C sebaiknya segera diatasi sejak dini untuk memperbesar peluang kesembuhan dan menghindari kerugian pasien. Bila dibiarkan tanpa terapi, hepatitis A dapat menimbulkan kerugian besar, mulai dari penurunan kinerja dan produktivitas penderita hingga beban ekonomi yang sangat tinggi.
"Bila dibiarkan tanpa terapi, hepatitis C dapat menurunkan kualitas hidup penderita bahkan sampai meninggal. Penurunan kemampuan kerja juga akan membawa dampak kerugian ekonomis," ungkapnya di sela-sela peluncuran Program Pendataan Penyakit Hepatitis C Tahap II di Jakarta, Kamis (11/10).
Di samping kualitas hidup dan menurunnya produktivitas pasien, bila penyakit yang disebabkan oleh virus itu berlanjut menjadi sirosis ringan, maka biaya pengobatan yang dibutuhkan juga tidak sedikit
Menurut Ali, bila pasien hepatitis C kemudian mengalami sirosis ringan, maka biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 30 juta per orang per tahun. Dan, bila menjadi sirosis berat tanpa transplantasi dibutuhkan sekitar Rp 60 juta per orang per tahun. "Bila sudah menjadi kanker hati yang tidak ditransplantasi butuh Rp 120 juta per orang per tahun, dan bila harus menjalani transplantasi biaya per operasi Rp 1,5 miliar sampai Rp 2 miliar dengan biaya perawatan sesudahnya Rp 150 juta per tahun," tambahnya.
Sementara itu Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia Dr Unggul Budihusodo SpPD KGEH mengakui bahwa pengobatan hepatitis kronik masih sangat mahal. Namun, dengan adanya terobosan baru dalam pengobatan hepatitis C, peluang pasien untuk sembuh semakin meningkat. Bahkan, saat ini dalam tiga bulan terapi, dokter memprediksi pencapaian kesembuhan pasien dengan memeriksa HCV RNA.
Terapi hepatitis C, kata unggul, memang memberi beban berat kepada pasien akibat mahalnya biaya terapi. "Untuk satu kali suntikan saja dibutuhkan sekitar Rp 2 juta, dan pasien harus disuntik 3 kali seminggu sekurangnya selama 6 bulan," ujarnya.
Berdasarkan estimasi WHO, saat ini sekitar tujuh juta penduduk Indonesia terinfeksi virus hepatitis C (HCV), tapi 80 persen hingga 90 persen di antaranya tidak menyadari infeksinya.
"Dari 20 yang terinfeksi virus HCV akan sembuh dengan sendirinya, dan 80 persen lainnya akan mengalami infeksi kronik. Perlu waktu puluhan tahun untuk kemudian berkembang menjadi sirosis hati atau kanker hati," tandasnya (Kompas, Kamis, 11 September 2008)