PARASIT TOKSOPLASMA MENYERANG 30-60% PENDUDUK DUNIA
Toksoplasmosis merupakan penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Penyebabnya adalah parasit Toxoplasma gondii. Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae). (Adyatma, 1980 ; Levine, 1990).
Selama ini toksoplasmosis dianggap hanya diderita oleh wanita hamil. Padahal, siapa saja bisa terkena dan terjangkit penyakit ini. Diperkirakan 30-60% penduduk dunia terinfeksi oleh T. gondii. Sekitar 30% dari penduduk Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan serologis, yang menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya (Levin, 1990), dan lebih dari 45% wanita berusia produktif (20-39 tahun) terpapar parasit itu, meski sebagian dari mereka sudah imun. Di Indonesia angka kejadiannya (ditunjukkan dengan adanya zat anti T. Gondii) pada manusia adalah 2-63%, pada kucing 35-73 %, babi 11-36 %, kambing 11-61 %, anjing 75 % dan pada ternak lain kurang dari 10 %. (Gandahusada, 1995).
Infeksi toxoplasma terjadi, dimana ada kucing yang mengeluarkan ookista bersama tinjanya. Ookista ini adalah bentuk yang infektif dan dapat menular pada manusia atau hewan lain. Seekor kucing dapat mengeluarkan sampai 10 juta ookista sehari selama 2 minggu. Di dalam tanah yang lembab dan teduh, ookista dapat hidup lama sampai lebih dari satu tahun. Sedangkan tempat yang terkena sinar matahari langsung dan tanah kering dapat memperpendek hidupnya. Bila di sekitar rumah tidak ada tanah, kucing akan berdefekasi (buang kotoran) di lantai atau tempat lain, di mana ookista bisa hidup cukup lama bila tempat tersebut lembab. Cacing tanah mencampur ookista dengan tanah, kecoa dan lalat dapat menjadi vektor mekanik yang dapat memindahkan ookista dari tanah atau lantai ke makanan.
Ookista ini dapat hidup lebih dari satu tahun di tanah yang lembab. Bila ookista tertelan oleh tikus, tikus terinfeksi dan akan terbentuk kista dalam otot dan otaknya. Bila tikus dimakan oleh kucing, maka kucing akan tertular lagi. Bila ookista ini tertelan oleh manusia atau hewan lain, maka akan terjadi infeksi. Misalnya kambing, sapi dan kuda pemakan rumput yang mungkin tercemar tinja kucing yang mengandung ookista, dapat terinfeksi. Juga ayam dan burung yang mencari makan di tanah (misal cacing tanah) juga dapat terinfeksi. Manusia juga dapat terinfeksi. Manusia juga dapat tertular dengan ookista di tanah, misalnya bila makan sayur-sayuran mentah yang tercemar tinja kucing, atau setelah berkebun lupa mencuci tangan sewaktu mau makan. Anak balita yang bermain di tanah juga dapat terinfeksi oleh ookista.
Orang sehat yang terkena infeksi toksoplasma, biasanya tidak mengalami keluhan atau gejala yang berarti, inilah yang sering disepelekan. Gejala infeksi toksoplasma biasanya berupa: pembesaran kelenjar getah bening di leher dan kepala, sakit otot, sakit di tenggorokan saat menelan, demam yang datang dan pergi, dan rasa tidak enak badan. Tak jarang gejala-gejala seperti itu hilang dengan sendirinya. Dengan catatan, sistem kekebalan tubuh harus berada pada tingkat yang optimal. Meski awalnya gejala itu ringan, namun pada akhirnya bukan tak mungkin gejala berubah menjadi serius bahkan fatal pada tubuh manusia. Pada ibu hamil keguguran, lahir mati maupun cacat kongenital bisa saja terjadi.
Dalam pencegahan infeksi T. gondii, anjing dan kucing kesayangan tidak perlu disingkirkan dari rumah, tetapi perlu diperhatikan bahwa tinja kucing tidak mencemari makanan dan tangan atau peralatan dapur kita. Tindakan pencegahan infeksi Toxoplasma antara lain adalah : jangan makan daging mentah atau kurang matang, mencuci tangan setelah memegang daging mentah, mencuci alat dapur bekas daging mentah, cuci sayuran/buah dengan air matang atau tidak makan sayuran mentah sebagai lalap, mencuci tangan setelah berkebun atau memegang kucing, mencegah lalat dan kecoa menghinggapi makanan.