Gangguan di hati ini tidak setenar penyakit hepatitis A, B, dan C. Kemunculannya perlahan dan tanpa gejala. Biasanya disebabkan oleh asupan lemak atau konsumsi alkohol berlebihan, Jika tak ditangani secara tepat, bisa berlanjut menjadi sirosis.
Hati kita ini merupakan organ tubuh yang paling besar dan berat pula tugasnya. Setiap saat ia harus menyaring racun-racun yang masuk ke tubuh melalui konsumsi makanan, zat yang dihirup atau diserap permukaan kulit kita. Selain melakukan detoksifikasi, hati juga berfungsi membentuk faktor pembekuan darah, menyediakan enzim untuk kebutuhan metabolisme, dan fungsi hormonal.
Supaya racun tak menumpuk di tubuh, tentu saja hati harus dipelihara sehingga bisa bekerja dengan optimal. "Nah, dalam menjaga kesehatan hati ini, yang penting dilakukan selain mencegah terjadinya hepatitis adalah mencegah perlemakan hati atau fatty liver," ungkap Dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, konsultan gastro-enterolog hepatologi dari FKUI/RSCM.
Akumulasi Trigliserida
Jika hepatitis A, B, C disebabkan virus, gangguan perlemakan hati lebih diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Konsumsi makanan berlemak dan berkarbohidrat tinggi yang terlalu sering bisa menimbulkan perlemakan hati. "Gaya hidup itu berakibat pada terjadinya timbunan lemak pada sel-sel hati," ujarnya.
Kebiasaan mengonsumsi alkohol, kondisi obesitas atau kelebihan berat badan juga bisa memicu perlemakan hati. Perlemakan hati sebetulnya merupakan akumulasi trigliserida dan jenis lemak lain di dalam sel hati. Apabila perlemakan hati ini disertai radang atau bahkan terjadi kematian sel hati, dalam istilah medis disebut NASH (non-alcoholic steato-hepatitis).
Perlemakan hati yang tidak disertai radang umumnya lebih ringan dibanding NASH. Sebaliknya NASH dapat berkembang pada terbentuknya jaringan parut (fibrosis) pada hati. Dan ini bisa berakhir pada sirosis atau pengerasan hati, bahkan kanker hati. Perlemakan hati menduduki tiga peringkat utama penyebab sirosis. Bila hati sudah mengeras, tentu tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal.
Perlemakan hati biasanya tanpa gejala, dan orang baru tahu setelah menjalani tes kesehatan. Kerusakan yang diakibatkannya dan berjalan tahunan atau bahkan puluhan tahun juga bisa tanpa tanda-tanda. Ketika kondisi memburuk, pasien bisa merasa letih, berat badan merosot, tidak nyaman di perut, lemah, dan pening.
Hidup Sehat
Orang yang kegemukan atau tinggi kadar trigliserida, memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami perlemakan hati. Sebuah studi menunjukkan, 20-40 persen orang yang mengalami kelebihan berat badan akan mengalami NASH. Juga terjadi pada diabetesi (pengidap diabetes) yang tidak tekun mengontrol penyakitnya pada orang yang bobot tubuhnya melorot drastis atau mengalami malanutrisi, dan pada wanita yang menggunakan hormon estrogen. Namun, tanpa kondisi tersebut pun kita bisa kena.
Dokter bisa memperkirakan adanya perlemakan hati melalui tes darah atau jika tampak adanya pembesaran hati. Pada pemeriksaan laboratorium misalnya menunjukkan kelainan fungsi hati (SG07 dan SGPT). Untuk memastikannya mungkin dokter akan menyarankan pemeriksaan darah lebih lanjut, ultrasound, CT-scan, atau MRI. Untuk makin memastikan apakah itu NASH, harus dilakukan pengambilan jaringan hati melalui biopsi.
Pengobatan terbaik bagi kondisi ini adalah meninggalkan hal-hal yang bisa menjadi penyebab. Faktanya memang pada orang kegemukan, perlemakan di hati akan berkurang ketika berat badannya berkurang. Pada pengguna alkohol, kadar lemak di hati berkurang jika ia berhenti "minum". Kontrol diabetes secara baik melalui pengaturan makan atau insulin juga akan mengurangi jumlah lemak di hati.
Seperti dipesankan Dr. Ari, yang penting dilakukan adalah mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, sesegera mungkin. Selain menghindari makanan tinggi lemak dan kolesterol, penderita yang kegemukan harus menurunkan berat badan. Jangan lupa pula untuk berolahraga teratur dan cukup istirahat yang berkualitas.
Sumber: Senior
Hati kita ini merupakan organ tubuh yang paling besar dan berat pula tugasnya. Setiap saat ia harus menyaring racun-racun yang masuk ke tubuh melalui konsumsi makanan, zat yang dihirup atau diserap permukaan kulit kita. Selain melakukan detoksifikasi, hati juga berfungsi membentuk faktor pembekuan darah, menyediakan enzim untuk kebutuhan metabolisme, dan fungsi hormonal.
Supaya racun tak menumpuk di tubuh, tentu saja hati harus dipelihara sehingga bisa bekerja dengan optimal. "Nah, dalam menjaga kesehatan hati ini, yang penting dilakukan selain mencegah terjadinya hepatitis adalah mencegah perlemakan hati atau fatty liver," ungkap Dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, konsultan gastro-enterolog hepatologi dari FKUI/RSCM.
Akumulasi Trigliserida
Jika hepatitis A, B, C disebabkan virus, gangguan perlemakan hati lebih diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Konsumsi makanan berlemak dan berkarbohidrat tinggi yang terlalu sering bisa menimbulkan perlemakan hati. "Gaya hidup itu berakibat pada terjadinya timbunan lemak pada sel-sel hati," ujarnya.
Kebiasaan mengonsumsi alkohol, kondisi obesitas atau kelebihan berat badan juga bisa memicu perlemakan hati. Perlemakan hati sebetulnya merupakan akumulasi trigliserida dan jenis lemak lain di dalam sel hati. Apabila perlemakan hati ini disertai radang atau bahkan terjadi kematian sel hati, dalam istilah medis disebut NASH (non-alcoholic steato-hepatitis).
Perlemakan hati yang tidak disertai radang umumnya lebih ringan dibanding NASH. Sebaliknya NASH dapat berkembang pada terbentuknya jaringan parut (fibrosis) pada hati. Dan ini bisa berakhir pada sirosis atau pengerasan hati, bahkan kanker hati. Perlemakan hati menduduki tiga peringkat utama penyebab sirosis. Bila hati sudah mengeras, tentu tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal.
Perlemakan hati biasanya tanpa gejala, dan orang baru tahu setelah menjalani tes kesehatan. Kerusakan yang diakibatkannya dan berjalan tahunan atau bahkan puluhan tahun juga bisa tanpa tanda-tanda. Ketika kondisi memburuk, pasien bisa merasa letih, berat badan merosot, tidak nyaman di perut, lemah, dan pening.
Hidup Sehat
Orang yang kegemukan atau tinggi kadar trigliserida, memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami perlemakan hati. Sebuah studi menunjukkan, 20-40 persen orang yang mengalami kelebihan berat badan akan mengalami NASH. Juga terjadi pada diabetesi (pengidap diabetes) yang tidak tekun mengontrol penyakitnya pada orang yang bobot tubuhnya melorot drastis atau mengalami malanutrisi, dan pada wanita yang menggunakan hormon estrogen. Namun, tanpa kondisi tersebut pun kita bisa kena.
Dokter bisa memperkirakan adanya perlemakan hati melalui tes darah atau jika tampak adanya pembesaran hati. Pada pemeriksaan laboratorium misalnya menunjukkan kelainan fungsi hati (SG07 dan SGPT). Untuk memastikannya mungkin dokter akan menyarankan pemeriksaan darah lebih lanjut, ultrasound, CT-scan, atau MRI. Untuk makin memastikan apakah itu NASH, harus dilakukan pengambilan jaringan hati melalui biopsi.
Pengobatan terbaik bagi kondisi ini adalah meninggalkan hal-hal yang bisa menjadi penyebab. Faktanya memang pada orang kegemukan, perlemakan di hati akan berkurang ketika berat badannya berkurang. Pada pengguna alkohol, kadar lemak di hati berkurang jika ia berhenti "minum". Kontrol diabetes secara baik melalui pengaturan makan atau insulin juga akan mengurangi jumlah lemak di hati.
Seperti dipesankan Dr. Ari, yang penting dilakukan adalah mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, sesegera mungkin. Selain menghindari makanan tinggi lemak dan kolesterol, penderita yang kegemukan harus menurunkan berat badan. Jangan lupa pula untuk berolahraga teratur dan cukup istirahat yang berkualitas.
Sumber: Senior