Jumlah penduduk Indonesia yang terkena virus hepatitis C mencapai 6-7 juta orang yang tersebar di 21 provinsi. Mayoritas penderita adalah laki-laki dalam usia produktif.
Demikian menurut data yang dipublikasikan Pendataan Hepatitis C Nasional yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dan PT Roche Indonesia.
Infeksi virus hepatitis C merupakan satu dari 10 penyebab kematian terbesar. Dalam jangka panjang, infeksi virus ini bisa berlanjut menjadi sirosis dan berakhir sebagai kanker hati.
Demikian menurut data yang dipublikasikan Pendataan Hepatitis C Nasional yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dan PT Roche Indonesia.
Infeksi virus hepatitis C merupakan satu dari 10 penyebab kematian terbesar. Dalam jangka panjang, infeksi virus ini bisa berlanjut menjadi sirosis dan berakhir sebagai kanker hati.
Kenyataan di lapangan menunjukkan sebaran penularan dan besaran jumlah penderita infeksi virus hepatitis C belum diketahui secara pasti. Data yang dihimpun dalam Progam Pendataan Hepatitis C pun belum menunjukkan prevalensi sesungguhnya.
"Data ini memang belum menggambarkan permasalah dasar karena hanya mengukur positif rate berdasarkan pemeriksaan laboratorium," kata dr.Andi Muhadir, MPH, Direktorat Sepim Kesma, Departemen Kesehatan.
Program pendataan yang berjalan sejak tahun 2007 ini melibatkan 21 provinsi yang terdiri dari 123 unit pelapor, yakni rumah sakit swasta dan pemerintah yang dipilih, laboratorium, serta unit transfusi darah PMI.
Setiap unit pelapor wajib mengumpulkan data setiap kali ada pasien yang dinyatakan positif terinfeksi hepatitis C berdasarkan pemeriksaan tes anti HCV. Seluruh pelaporan berbasis internet sehingga data lebih akurat dan dapat langsung terintregasi ke dalam data nasional.
"Yang terpenting hanya jumlah datanya tapi bagaimana menyikapi data tersebut lewat tindakan bersifat preventif," kata Andi.
Senada dengan Andi, Dr. Unggul Budihusodo, SpPD-KGEH, ketua perhimpunan peneliti hati Indonesia, mengatakan pencegahan memang cara terbaik untuk menanggulangi hepatitis C. Terlebih penyakit ini tergolong dalam silent disease yang seringkali tanpa gejala.
"Kebanyakan pasien tak sadar dalam dirinya sudah ada virus hepatitis C. Mereka baru berobat setelah penyakitnya menahun dan sudah menjadi kronis," ujarnya. Apalagi hepatitis C yang kronik dan sudah menjadi sirosis umumnya sulit disembuhkan dan banyak menyebabkan kematian.(kompas, Selasa, 29 September 2009 )