Haid merupakan siklus alamiah yang dialami setiap perempuan. Namun, ada beberapa gangguan atau kelainan haid yang perlu diwaspadai.
Siklus haid yang normal rata-rata datang antara 25-35 hari sekali, dengan interval 25-38 hari, dan normalnya berlangsung selama 3-7 hari. Sementara jumlah darah haid yang keluar rata-rata antara 20-80 cc. “Kalau orang awam, ukurannya mungkin bukan cc, tapi berapa jumlah pembalut yang dipakai dalam sehari. Siklus haid yang normal, kalau dihitung dari pemakaian pembalut rata-rata, adalah sekitar 3-4 kali ganti pembalut sehari,” kata Dr. Edihan, Sp.OG-FPOGS (Phi.) , dokter spesialis kebidanan dan kandungan Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta.
Siklus haid yang normal rata-rata datang antara 25-35 hari sekali, dengan interval 25-38 hari, dan normalnya berlangsung selama 3-7 hari. Sementara jumlah darah haid yang keluar rata-rata antara 20-80 cc. “Kalau orang awam, ukurannya mungkin bukan cc, tapi berapa jumlah pembalut yang dipakai dalam sehari. Siklus haid yang normal, kalau dihitung dari pemakaian pembalut rata-rata, adalah sekitar 3-4 kali ganti pembalut sehari,” kata Dr. Edihan, Sp.OG-FPOGS (Phi.) , dokter spesialis kebidanan dan kandungan Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta.
16 Tahun Belum Haid
Ada beberapa kondisi di mana siklus haid menjadi tidak teratur, atau muncul gangguan-gangguan. Gangguan pertama adalah jika sampai anak perempuan berusia 16 tahun belum pernah memperoleh haid. Jika ini terjadi, sebaiknya segera periksa ke dokter untuk mengetahui apakah ada kelainan atau hambatan. Misalnya, lubang kemaluan atau lubang vagina tidak terbentuk, tidak ada rahim, atau ada gangguan hormonal lain.
Gangguan kedua, jika darah haid keluar lebih banyak dari siklus biasanya. “Kalau ada perdarahan, harus dilihat. Kemungkinannya bisa gangguan hormonal (hormonal imbalance ), bisa juga gangguan organik,” lanjut Edihan. Misalnya, ada mioma, endometriosis, tumor, polip, dan sebagainya. Kalau gangguan hormonal, maka dokter akan memberikan obat-obatan hormonal. Semantara kalau ada gangguan organik, juga dilakukan tindakan sesuai penyebabnya.
Jumlah Pembalut
Gangguan berikutnya adalah darah haid tidak keluar (tidak pernah mendapat haid). “Harus dilihat dulu, kalau sejak awal tidak pernah haid, mungkin ada gangguan di rahimnya. Misalnya rahim tidak terbentuk atau selaput keperawanannya tidak berlubang atau terlalu tebal,” jelas Edihan. Kalau sebelumnya pernah mendapat haid, tetapi kemudian haid tidak datang, kemungkinannya adalah adanya gangguan hormonal. Harus ditanya, misalnya apakah sebelumnya ada riwayat pemakaian obat-obatan tertentu. Contohnya suntik KB, yang kadang-kadang bisa berpengaruh terhadap siklus haid.
Bisa juga kemungkinan adanya perlengketan di dalam rahimnya karena prosedur kuretase yang tidak benar. Bisa juga karena penyakit kronis yang sudah lama (misalnya TBC), malnutrisi atau gangguan gizi, atau gangguan hormonal seperti tiroid. Jadi, kata Edihan, harus diteliti dulu, karena faktor-faktor tadi juga bisa menyebabkan munculnya gangguan haid.
Siklus haid yang berubah menjadi memanjang juga harus diwaspadai. Misalnya, jika biasanya hanya 7 hari, lalu tiba-tiba sampai 10 hari, tentu harus diperiksa. “Kita lihat, rahimnya membesar apa tidak, karena ini bisa menunjukkan adanya tumor di dalam rahim atau gangguan hormonal yang menyebabkan dinding rahim menebal. Kalau penebalan dinding rahim dibiarkan terus-menerus, bisa ke arah kanker,” ujar Edihan.
Kadang-kadang pemakaian KB spiral (IUD) juga bisa menjadi penyebab siklus haid bertambah panjang. “Kalau seperti itu, dianjurkan dilepas dan ganti jenis KB lain.”
Pemakaian pembalut juga bisa menjadi indikasi gangguan siklus haid. Misalnya jika normalnya 3 - 4 kali ganti pembalut sehari, lalu tiba-tiba sehari bisa habis 6-8 pembalut. “Tentu ini tidak wajar, meskipun harus dilihat pola haidnya lebih dulu. Kalau dulunya cuma 3 kali ganti pembalut sehari lalu sekarang 6-8 pembalut, berarti memang ada sesuatu."
Nyeri Haid
Kadang-kadang, keluarnya darah haid juga disertai rasa nyeri dan rasa tidak nyaman, tapi umumnya ini berlangsung pada hari pertama saja dan masih normal selama masih bisa ditolerir. Akan tetapi, jika nyeri yang datang berkelanjutan dan sangat sakit, sebaiknya diperiksa. Kemungkinan yang paling sering adalah adanya kista endometriosis atau kista cokelat. Endometriosis adalah tumbuhnya endometrium (selaput lendir rahim) di tempat yang tidak semestinya. Endometrium sendiri merupakan lapisan yang melapisi rongga rahim dan dikeluarkan secara siklik saat mens sebagai darah haid. Akibatnya, jaringan di mana selaput lendir ini abnormal ini tumbuh jadi rusak, meradang, dan menimbulkan nyeri.
Tapi, ada beberapa keadaan di mana sel-sel di dinding rahim tadi masuk ke otot-otot rahim. Ini yang disebut adenomiosis. Pada adenomiosis, sel-sel dari dinding rahim (endometrium) tumbuh dan tertanam ke dalam rahim, sehingga menyebabkan rasa nyeri hebat. "Sel-sel dinding rahim normalnya keluar/gugur keluar pada saat haid. Nah, pada adenomiosis, sel-sel pada dinding rahim ini keluar ke dinding panggul dan tertanam di sana. Jadi pada saat haid berdarah juga dan menyebabkan rasa nyeri," jelas Edihan.
Selain menyebabkan nyeri saat haid atau nyeri saat berhubungan badan, endometriosis juga bisa menyebabkan gangguan kesuburan (infertilitas). “Tergantung perlengketannya di mana. Kalau perlengketannya di saluran tuba/telur, maka akan mengganggu fungsi kesuburan. Pasalnya sel telur tidak bisa lewat,” lanjut Edihan. Endometriosis biasanya muncul sekitar di rongga panggul. Tapi, pada beberapa kasus, bisa sampai ke tempat yang jauh, misalnya ke paru-paru, otak, dan sebagainya. Pada wanita, umumnya di sekitar rongga panggul.
Haid Pada Anak
Pada usia berapa seorang perempuan mulai memperoleh haid? Dewasa ini, karena faktor asupan gizi yang jauh lebih baik, rata-rata anak perempuan mulai memperoleh haid pada usia 10-11 tahun. Dan, pada 1-2 tahun pertama, normalnya haid memang masih belum begitu teratur karena hormon pada anak belum begitu seimbang. “Jadi, kalau pada awal-awal haid tidak teratur, ya masih normal. Misalnya haid 2 bulan sekali. Baru setelah 1-2 tahun, siklusnya mulai stabil,” kata Edihan.
Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, baik oleh anak maupun orang tua. Oleh karena fungsi hormonal anak yang belum stabil, maka bisa terjadi perdarahan masif. Misalnya, jika normalnya darah haid yang keluar sekitar 80 cc (3-4 kali ganti pembalut sehari), kemudian karena fungsi hormonalnya yang belum stabil tiba-tiba menjadi lebih banyak dari biasanya. "Sebaiknya segera ke dokter untuk diperiksa apakah ada gangguan perdarahan, pembekuan darah, atau gangguan hormonal biasa. Biasanya, ada beberapa kasus, anak mengalami perdarahan hebat. Ini harus segera ditangani, karena perdarahannya sendiri bisa fatal akibatnya.”
Untuk mengantisipasi supaya anak tidak syok, yang paling penting adalah komunikasi orang tua dengan anak. Pada beberapa kasus, anak terkejut pada saat mengalami haid pertama karena kurang komunikasi. “Jadi, kalau anak sudah mendekati usia itu, sebaiknya orang tua menjelaskan secara gamblang,” saran Edihan
Jelang Menopause
Bagaimana jika pada perempuan usia menjelang menopause, tiba-tiba terjadi perdarahan atau haid lebih banyak dari biasanya? Ada 2 kemungkinan penyebab, yaitu karena gangguan hormonal yang tidak seimbang menjelang menopause, atau kemungkinan adanya kanker dinding rahim. “Harus dilihat dengan pemeriksaan USG, bahkan dilakukan biopsi dinding rahim untuk memastikan. Bisa juga karena adanya mioma, karena perdarahan tiba-tiba pada perempuan yang sudah mulai menopause sebagian besar karena keganasan (kanker),” jelas Edihan (tabloidnova)