Perempuan mungkin banyak bertanya-tanya. Mengapa sih para laki-laki begitu terobesesi dan tergila-gila dengan payudara?
Fitur khas perempuan yang bermanfaat untuk bayi ini agaknya menarik laki-laki dengan pesonanya yang misterius. Seorang ilmuwan pun berusaha memecahkan teka-tekinya.
Larry Young, profesor psikiatri di Emory University berpendapat bahwa evolusi manusia telah mengubah sirkuit saraf yang awalnya berkembang untuk memperkuat ikatan antara ibu dengan bayi selama menyusui. Sirkuit otak ini kini juga bermanfaat untuk memperkuat ikatan antar pasangan.
Ketika puting perempuan dirangsang saat menyusui, hormon oksitosin yang dikenal sebagai 'obat cinta' membanjiri otak. Hormon ini membantu memfokuskan perhatian dan kasih sayang ibu kepada bayinya. Namun penelitian beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa sirkuit ini tidak hanya muncul ketika menyusui bayi.
Penelitian terbaru menemukan bahwa rangsangan puting meningkatkan gairah seksual pada perempuan. Area otak yang sama ketika vagina dan klitoris dirangsang juga ikut aktif. Ketika payudara disentuh atau dipijat, oksitosin akan mengalir dalam otak perempuan seperti saat menyusui bayi.
Bedanya, oksitosin yang muncul menyebabkan perempuan memfokuskan perhatian pada pasangan seksualnya dan memperkuat keinginan untuk membangun ikatan dengan pasangan.
Dengan kata lain, laki-laki bisa membuat dirinya lebih diinginkan oleh perempuan dengan cara merangsang payudaranya selama bercinta.
"Ketertarikan terhadap payudara adalah suatu pengorganisasian efek otak yang terjadi pada laki-laki normal ketika melalui pubertas. Evolusi mengubah otak laki-laki sehingga membuatnya tertarik kepada payudara dalam konteks seksual karena akan memperkuat ikatan dengan perempuan," kata Young seperti dilansir LiveScience, Kamis (27/9/2012).
Namun mengapa perubahan evolusi ini hanya terjadi pada manusia, bukan mamalia lainnya?
Young berteori, penyebabnya adalah karena manusia membentuk hubungan monogami, sedangkan 97 persen mamalia lainnya tidak.
Selain itu, postur manusia yang tegak dengan wajah berhadapan dengan pasangan memperbesar kesempatan untuk merangsang puting saat berhubungan seks.
Namun tidak semua ahli sepakat dengan pernyataan Young ini. Antropolog dari Rutgers University yang bernama Fran Mascia-Lees misalnya. Ia berpendapat bahwa tidak semua pria tertarik dengan payudara.
"Para ahli biologi evolusi selalu menekankan alasan mengenai perilaku dan emosi. Tapi bagaimana dengan perbedaan budaya? Di beberapa budaya Afrika misalnya, perempuan tidak menutupi dadanya dan laki-laki tampaknya tidak lantas menganggapnya sebagai sesuatu yang menarik," kata Mascia-Lees. (detikhealth)