Jangan anggap sepele jika perempuan mengalami haid tidak teratur karena itu adalah pertanda awal dari penyakit-penyakit kronis, mulai dari kanker, jantung, hingga mandul.
Setiap perempuan memang memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda dan relatif. Namun di luar periode tersebut, normalnya menstruasi datang teratur setiap bulan.
Menurut American Society for Reproductive Medicine standar siklus menstruasi yang normal adalah 22-40 hari, dimana menstruasi pertama dihitung sejak pertama kali darah keluar dari vagina. Namun perbedaan 5 hari (kurang atau lebih) dari siklus haid, masih dianggap normal.
Setiap perempuan memang memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda dan relatif. Namun di luar periode tersebut, normalnya menstruasi datang teratur setiap bulan.
Menurut American Society for Reproductive Medicine standar siklus menstruasi yang normal adalah 22-40 hari, dimana menstruasi pertama dihitung sejak pertama kali darah keluar dari vagina. Namun perbedaan 5 hari (kurang atau lebih) dari siklus haid, masih dianggap normal.
Tapi jika perempuan sudah tidak mendapatkan haid teratur tiap bulan, maka patut diwaspadai penyakit SOPK.
Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan kelainan endokrin terbanyak yang dialami oleh wanita di usia reproduksi. Kelainan ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, gejala hiperandrogen seperti jerawat, pertumbuhan bulu atau rambut abnormal (hirsutism) di daerah yang tidak seharusnya.
Penyebab SOPK antara lain obesitas, resistensi insulin, gangguan sekresi hormon GnRH, gangguan enzim di ovarium dan faktor genetik.
Akibatnya, penderita mengalami siklus yang tidak berovulasi yang ditandai dengan gangguan siklus haid berupa pendarahan atau justru tidak mengalami haid selama 2-3 bulan.
SOPK adalah salah satu penyebab infertilitas pada perempuan, terutama perempuan di usia reproduksi. "Angka kejadian SPOK lebih banyak terjadi pada perempuan di usia reproduksi daripada pada usia perimenopause," ujar dr. Andon Hestiantoro, SpOG (K) dalam acara seminar 'The Essence of Fertility & Vitality' di Hotel Sahid Jaya, Jakarta.
"Karena siklus tidak berovulasi, maka perempuan dengan SPOK juga memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker endometrium, stroke dan jantung koroner," tutur Andon.
Untuk mengatasi masalah SOPK, bisa dilakukan dengan menurunkan berat badan, menggunakan kontrasepsi kombinasi dan obat-obatan pemicu kesuburan.(detikhealth)