POTENSI tanaman obat di Indonesia relatif besar. Penggunaan bahan-bahan alam sebagai obat alternatif atau obat antioksidan sangat marak, salah satunya adalah tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa).
Penelitian mengenai efektivitas dan mekanisme dari tanaman obat ini masih sedikit. Namun, penelitian yang dilakukan Bambang Wispriyono, Laila Fitria, Ema Hermawati, dan Subekti Widodo dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI tentang Efek Penghambatan Mahkota Dewa pada Sitotoksisitas CCRF-CEM Cell Line yang Terpajan oleh Benzo(a)pyrene (BaP), ditemukan bahwa Mahkota Dewa berprospek untuk antikanker.
Penelitian mengenai efektivitas dan mekanisme dari tanaman obat ini masih sedikit. Namun, penelitian yang dilakukan Bambang Wispriyono, Laila Fitria, Ema Hermawati, dan Subekti Widodo dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI tentang Efek Penghambatan Mahkota Dewa pada Sitotoksisitas CCRF-CEM Cell Line yang Terpajan oleh Benzo(a)pyrene (BaP), ditemukan bahwa Mahkota Dewa berprospek untuk antikanker.
"Dari hasil penelitian diketahui bahwa BaP mempunyai kemampuan menginduksi kematian sel yang bersifat apoptosis pada CCRF-CEM cell line, dengan persentase kematian sel apoptosis sekitar 15 persen," kata Bambang pada seminar Riset Unggulan Universitas Indonesia, Rabu (11/6) di Depok.
Efek Mahkota Dewa dalam penelitian ini menunjukkan Mahkota Dewa scara variasi dosis justru bersifat menginduksi kematian sel pada CCRF-CEM cell line dan tidak terlihat efek proteksi terhadap pajanan BaP. Dengan demikian, tandas Bambang Wispriyono, efek proteksi tanaman Mahkota Dewa tidak terbukti dalam penelitian ini, namun prospek tanaman tersebut sebagai antikanker terlihat dengan kemampuan Mahkota Dewa menginduksi kematian sel pada CCRF-CEM cell line yang merupakan sel kanker.
Menurut peneliti dari Fakultas Kesehatan Mayarakat UI ini, pengujian Mahkota Dewa sebagai bahan yang bersifar antikanker perlu diteliti lebih jauh pada jenis sel kanker lainnya dan pada level DNA untuk mengetahui mekanisme yang lebih jelas.(kompas, Rabu, 11 Juni 2008)