Peneliti jahe-jahean asal Denmark, Dr Axel Dalberg Poulsen, memastikan masih banyak spesies tanaman jahe-jahean atau Zingiberaceae atau gingers yang belum terungkap di Indonesia bagian timur. Ini lantaran jumlah peneliti di Indonesia masih sangat sedikit dan referensi taksonomi jahe-jahean yang tergolong tua.
Dalam paparan di Balai Penelitian Kehutanan Manokwari, Papua Barat, Selasa (25/3), Poulsen yang sedang mengadakan penelitian jahe-jahean di Pulau Papua (Niugini) dan Sulawesi mengatakan, untuk sementara Indonesia memiliki 20 genera dan 400 spesies jahe-jahean. Dari jumlah itu, 50 genera di antaranya ditemukan peneliti yang telah lima kali mengadakan lima ekspedisi Zingiberaceae di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua sejak 2003 itu.
Dari genus Etlingera, ia menjumpai 17 spesies di Sumatera dan sembilan spesies di Jawa. Sementara itu, di Sulawesi terdapat tiga spesies dan 18 spesies di Pulau Niugini. Dua Etlingera di Sulawesi dan diberi nama olehnya sebagai penemu.
Jahe-jahean yang dimaksud Poulsen tidak mesti seperti yang ditemui di dapur. Olehnya, jahe bumbu dapur itu disebut jahe sebenarnya. Sedangkan jahe-jahean yang ditunjukkan Poulsen memiliki bunga berbentuk padat mekar yang umumnya berwarna merah.
Poulsen menjelaskan, jahe-jahean ini dapat dimanfaatkan masyarakat Kalimantan sebagai makanan/buah. Biji jahe-jahean juga dimanfaatkan oleh mereka sebagai umpan penangkap ikan.
”Semua gingers yang saya temukan tidak ada yang mengandung racun. Saya biasa mencoba memakan setiap gingers yang ditemukan. Ini membantu juga untuk mengidentifikasi jenis gingers,” ujar pengajar di Jurusan Botani Universitas Copenhagen, Denmark, ini.
Beberapa biji jahe-jahean yang didapat di Jawa seperti Etlingera solaris berasa manis-asam seperti buah-buahan. Bahkan, jenis Etlingera elatior telah lama dimanfaatkan masyarakat Borneo sebagai pemberi rasa. (kompas, Rabu, 26 Maret 2008)