SEKS adalah salah satu bentuk olahraga yang sangat baik bagi tubuh. Seks tidak hanya sekadar melampiaskan hasrat saja, tapi juga bisa membantu mengurangi stres. Pasalnya, kegiatan yang baik bagi jantung, ternyata juga baik bagi seks.
Dalam laporan penelitian yang dimuat di jurnal Urology, Dr Irwin Goldstein dari Boston University School of Medicine, AS, pria yang tiap hari membakar 200 kalori melalui olahraga, kemungkinan lebih kecil menderita impotensi (disfungsi ireksi) dibanding pria yang tidak aktif. “Itu berarti berjalan 3,2 kilometer tiap hari sudah mencukupi.
Selama sembilan tahun, Dr. Goldstein dan timnya memantau 600 pria yang tidak memiliki persoalan dengan impotensi. Periset menekankan perhatian mereka pada faktor gaya hidup yang diyakini berpengaruh pada impotensi, semisal merokok, banyak minum alkohol, minimnya aktivitas, dam obesitas.
Dari situ diketahui, pria yang aktif dan mulai aktif berolahraga saat penelitian dimulai, memperlihatkan risiko yang rendah terhadap impotensi. Demikian yang dikutip dari Seni Menikmati Seks karya Andreas Lee Tan.
Goldstein menganggap temuan itu penting. Salah satu implikasi tepenting adalah, pria dapat mengurangi risiko impotensi, bahkan bila pria tersebut sudah dalam usia pertengahan, asal dia mulai berolahraga.
Namun, implikasi serupa tidak akan diperoleh bagi mereka yang menunggu sampa pertengahan dulu untuk berhenti merokok, menormalkan berat badan, dan mengurangi minuman keras.
Selama sembilan tahun, Dr. Goldstein dan timnya memantau 600 pria yang tidak memiliki persoalan dengan impotensi. Periset menekankan perhatian mereka pada faktor gaya hidup yang diyakini berpengaruh pada impotensi, semisal merokok, banyak minum alkohol, minimnya aktivitas, dam obesitas.
Dari situ diketahui, pria yang aktif dan mulai aktif berolahraga saat penelitian dimulai, memperlihatkan risiko yang rendah terhadap impotensi. Demikian yang dikutip dari Seni Menikmati Seks karya Andreas Lee Tan.
Goldstein menganggap temuan itu penting. Salah satu implikasi tepenting adalah, pria dapat mengurangi risiko impotensi, bahkan bila pria tersebut sudah dalam usia pertengahan, asal dia mulai berolahraga.
Namun, implikasi serupa tidak akan diperoleh bagi mereka yang menunggu sampa pertengahan dulu untuk berhenti merokok, menormalkan berat badan, dan mengurangi minuman keras.
Menurut Goldstein, olahraga mencegah impotensi dengan cara yang sama sebagaimana olahraga mencegah penyakit jantung. Impotensi dan penyakit jantung terjadi karena aliran darah ke organ tubuh jelek, dan olahraga membantu melancarkan peredaran darah itu.
Dengan kata lain, tambah Goldstein, impotensi dapat merupakan tanda awal penyakit jantung arteri karena penis lebih sensitif terhadap buruknya aliran darah ketimbang jantung.
Dikatakannya, impotensi memengaruhi seperempat pria di AS berusia 65 dan tidak ada obat untuk menyembuhkannya. Dengan Viagra, penyakit itu mungkin dapat diatasi, tetapi mencegah seharusnya menjadi sasaran utama ketimbang mengobati.(okezone,Minggu, 11 April 2010)