Jangan sepelekan sariawan. Gangguan ini menimbulkan nyeri, sehingga biasa membuat penderitanya enggan makan. Namun, ada cara alami untuk mengatasinya, yakni sisik naga. Tanaman ini juga berkhasiat sebagai antiradang, analgesik, hemostatis, dan antitusif.
Astra (33), karyawan sebuah bank di bilangan Jakarta Selatan, kerap mengalami sariawan, terutama bila tengah stres. Berbagai obat sudah dicoba, meski sariawan tetap saja mendera.
Untunglah, pria yang hobi baca ini menemukan buku karangan Dr. Setiawan Dalimartha di Toko Buku Gramedia, yang memuat pemakaian sisik naga untuk obat antisariawan.
Sesuai petunjuk di buku tersebut, Astra mencuci segenggam daun sisik naga hingga bersih. Bahan tersebut kemudian direbusnya dengan 2 gelas air selama 15 menit. Selagi hangat, air hasil rebusan itu digunakan untuk berkumur tiap pagi dan malam selama 2 hari. Hasilnya, sariawannya hilang!
Secara umum, sariawan adalah penyakit berupa luka di mulut. Menurut Dr. Setiawan Dalimartha, Ketua II Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT), ada beberapa penyakit yang menyebabkan luka pada rongga mulut.
Sariawan gusi (ginggivostomatitis plaut Vincent) adalah salah satu jenis penyakit rongga mulut yang disebabkan kuman Bacillus ficiformis dan Borellia vincenti. Keberadaan kuman ini dapat menyebabkan seluruh gusi meradang. Batas antara gusi dengan pipi akan penuh dengan bintik berupa luka kecil sebesar kepala jarum pentul dan secara makroskopik tampak sebagai garis putih.
Sariawan aftosa (stomatitis aftosa), berupa luka dangkal dengan permukaan berwarna putih. Dimulai dari gelembung yang kemudian pecah meninggalkan suatu luka yang dangkal. Luka ini menimbulkan nyeri hebat meski tak disertai demam.
Penyebab Tak Jelas
Penyebab sariawan tak jelas. Namun, kata Dr. Setiawan, beberapa bukti faktor penyebab antara lain kurangnya vitamin C dalam darah, trauma, alergi terhadap cabai, nanas, atau gangguan hormonal, semisal sewaktu haid atau stres.
Sariawan menyebabkan rasa nyeri pada mulut dan akan bertambah parah bila daerah sekitarnya tertarik karena pergerakan sewaktu mengunyah makanan. Sariawan memang akan sembuh sendiri dalam waktu kurang dari 4 minggu, tetapi cenderung akan berulang. Untuk menghindarinya, disarankan menjauhi faktor penyebab, semisal makanan pencetus alergi.
Ada banyak herbal yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan luka di sekitar mulut itu, salah satunya sisik naga. Sisik naga dalam pengobatan tradisional Cina, sifatnya manis, sedikit pahit, dan dingin. Tanaman ini epifit atau menumpang pada pohon lain, tetapi bukan tergolong tanaman parasit karena dapat membuat makanan sendiri.
Tanaman bernama Latin Drymoglossum piloselloides ini merupakan tanaman Asia tropis. Biasa tumbuh liar di hutan, ladang, dan tempat lainnya pada daerah yang agak lembab mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.
Tanaman bernama daerah picisan (Sumatera), pakis duwitan (Jawa) ini tumbuh di batang dan dahan pohon. Akar rimpangnya panjang, kecil, merayap, bersisik, panjang 5-22 cm, melekat kuat.
Daun yang satu dengan yang lainnya tumbuh dengan jarak pendek. Bertangkai pendek, tebal berdaging, berbentuk jorong atau jorong memanjang, ujung tumpul atau membundar, pangkal runcing, tepi rata, permukaan daun tua gundul dan berambut jarang pada permukaan bawah, berwarna hijau sampai kecokelatan. Ukuran daun yang berbentuk bulat sampai jorong hampir sama dengan uang logam picisan, sehingga dinamakan picisan.
Mengandung Asiri
Tanaman bernama Cina Bao Shu Lian ini khasiatnya sebagai antiradang, penghilang nyeri (analgesik), pembersih darah, penghenti perdarahan (hemostatis), memperkuat paru-paru, dan sebagai obat batuk (antitusif). Sisik naga juga mengandung minyak atsiri, sterol atau triterpen, fenol, flavonoid, tanin, dan gula.
Hasil penelitian yang dilakukan L. Nuraini Susilowati di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada tahun 1988, ekstrak alkohol daun sisik naga mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Sementara ekstrak alkohol dan ekstrak airnya menghambat pertumbuhan Sreptococcus aerous.
Bagian yang digunakan untuk pengobatan adalah daun dan seluruh herba segar yang telah dikeringkan. Untuk obat minum, rebus 15-60 gram daun, lalu air rebusannya diminum. Untuk pemakaian luar, gunakan air rebusan herba segar buat mencuci kudis, koreng, atau obat kumur bagi yang menderita sariawan atau radang gusi, seperti yang dilakukan Astra.
Cara penggunaan lainnya, giling herba segar hingga halus. Setelah itu bubuhkan ke tempat yang sakit, terutama untuk kudis, kurap, radang kulit bernanah, radang kuku, atau luka berdarah.
Daun tanaman yang diperbanyak dengan spora dan pemisahan akar ini dapat digunakan untuk pengobatan gondong (parotitis), TBC kulit dengan pembesaran kelenjar getah bening (skrofuloderma), sakit kuning (jaundice), sukar buang air besar (sembelit), disentri, kencing nanah, batuk, abses paru-paru disertai batuk darah, mimisan, berak darah, muntah darah, rematik, keputihan (leukore), dan kanker payudara.
Sumber : GHS , Kompas,Kamis, 10 Januari 2008