Tetapi faktanya, sunat justru tidak mempengaruhi tingkat kepuasan seksual, tetapi bahkan menguntungkan buat kesehatan. Penelitian terbaru menunjukkan, sunat pada pria terbukti tidak mengurangi kepuasan dalam berhubungan seksual. Dengan fakta ini pula, sunat patut direkomendasikan sebagai salah satu langkah dalam mengatasi penyebaran HIV dan AIDS.
Seperti diberitakan BBC, Minggu (6/1), para ahli dari AS melakukan riset terhadap sekitar 5.000 pria di Uganda. Setengah dari ribuan partisipan ini telah disunat, sedangkan setengah lagi belum melakukannya. Dari riset terungkap, hanya sedikit saja perbedaan di antara dua kelompok partisipan ini saat mereka ditanya rata-rata kemampuan dan kepuasan seksual.
"Riset kami dengan jelas menunjukan bahwa disunat tidak akan menimbulkan efek buruk apapun pada pria yang menjalaninya ketika kami membandingkannya dengan pria yang belum menjalani operasi sunat. Studi lain juga menunjukkan, menyadarkan pria bahwa prosedur sunat takkan mempengaruhi kepuasan atau kemampuan seksual membuat mereka mau disunat," ungkap pimpinan riset, Professor Ronald Gray dari Johns Hopkins University di AS.
Meski studi menunjukkan hanya sedikit perbedaan rata-rata kepuasan seks antara kedua kelompok, peneliti menilai angkanya tidak terlalu signifikan secara klinis. Sekitar 98.4% pria yang disuna dilaporkan puas dengan kehidupan seksualnya, sedangkan kelompok non-sunat tercatat 99.9% .
Dalam hal kemampuan penetrasi, 98.6% pria yang disunat dilaporkan tak menemui masalah, sedangkan kelompok non-sunat mencapai 99.4 persen. Tetapi secara garis besar, 99.4% pria yang disunat dilaporkan tak menemui keluhan saat berhubungan. Pada pria yang tak disunat prosentasenya mencapai 98.8% .
Beberapa riset lain menunjukkan bahwa sunat juga dapat menekan angka infeksi HIV pada pria hingga 50%. Ada beberapa alasan mengapa sunat bisa melindungi dari virus mematikan tersebut. Dalam kulup kelamin pria terdapat sel-sel spesifik yang sangat rentan terhadap infeksi HIV. Tetapi setelah disunat, kulit di bawah kulup menjadi kurang sensitif dan tak lagi rentan pendarahan sehingga secara otomatis menekan risiko infeksi.
Meski sunat menguntungkan buat kesehatan, faktanya tidaklah mudah menganjurkan pria menjalani sunat. Beberapa pria cenderung enggan melakukannya karena khawatir berpengaruh pada kehidupan seksnya. Beberapa riset sebelumnya tentang sunat dan kepuasan seksual memang hasilnya bervariasi. Tetapi peneliti mengatakan bahwa lingkup penelitian dan profil demografi partisipan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh.
Peneliti, yang mempublikasikan temuannya dalam jurnal BJU International, juga berpendapat kampanye pentingnya sunat melawan HIV bisa saja menjadi tidak efektif. "Ada kekhawatiran bahwa pria yang sudah disunat merasa dirinya terjaga dari HIV, padahal sebenarnya tidak. Kondom tetap menjadi cara terbaik untuk mencegah HIV saat hubungan seksual. Harus dicatat bahwa riset tentang hubungan HIV dan sunat berada pada lingkup sangat terbatas. Kami perlu riset lanjutan mengenai metoda pencegahan baru melalui sunat, microbisida hingga vaksin," ungkap Deborah Jack, chief executive National Aids Trust.
(Sumber: BBC , Kompas,Rabu, 9/1/2008)