Sifat moody sering kali dikaitkan dengan wanita, dan saat itulah pria mengeluh. Sebenarnya kamu kenapa, sih? Kenapa kamu diam saja? Aku salah apa? Begitu kalimat yang sering diucapkan pria ketika mood pasangannya naik turun tak terkendali.
Namun, moody bukan hanya milik wanita. Banyak juga pria yang moody, dan menghadapi mereka memang membuat kita serba salah. Kalau diajak bicara, omongannya makin tidak menyenangkan. Bila didiamkan, ekspresinya sama sekali tak sedap dipandang.
Ketika Anda sudah begitu mengenal si dia, Anda mungkin akan membiarkannya sampai bad mood-nya lenyap. Tetapi untuk pasangan-pasangan baru, mood swing itu bisa membuat kita stres, kecewa, bahkan memicu perpisahan. Karena itu, sebelum Anda memutuskan berpisah, pelajari dulu bagaimana menghadapi suasana hati pasangan.
Baca petunjuknya
Membaca pikiran pria moody yang sudah Anda kenal saja sulit, apalagi yang belum lama Anda kenal. Namun, Anda tidak perlu menjadi pembaca pikiran, atau menebak-nebak bagaimana mood pasangan Anda setiap hari. Semakin sering Anda bersamanya, tentu Anda semakin hafal apa yang membuatnya kesal. Perhatikan sinyal-sinyal yang menunjukkan mood jeleknya. Bacalah tanda-tandanya secara verbal, dan buat catatan mengenai faktor eksternal yang memicu mood swing-nya. Dengan demikian, Anda bisa "berjaga-jaga" ketika mood jeleknya datang. Setelah itu, Anda bisa memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan: apakah menyingkir dulu, atau menghadapinya.
Bicarakan
Orang yang sedang bad mood memang tidak enak dihadapi. Ia bisa menjadi kasar atau diam saja yang membuat Anda merasa bersalah. Mengalah mungkin bisa Anda lakukan, namun hal ini bukan strategi yang bijak untuk relasi jangka panjang. Cobalah untuk berbicara padanya (tentu saat mood-nya sedang baik), dan bersiap-siaplah untuk menanyakan sesuatu yang sulit menyangkut perasaannya. Si dia mungkin akan berkelit, tetapi jangan menyerah. Jangan sampai membuat penilaian, dan dengarkan setiap penjelasannya. Mengetahui penyebab sebenarnya mengapa seseorang marah atau sedih tentu terasa tidak nyaman, namun bila berhasil hal ini bisa makin mendekatkan Anda dan si dia.
Biarkan otak beraksi
Saat bad mood, emosi kita dikendalikan oleh perasaan. Pada saat itu, otak perlu mengambil alih kendali. Siapa yang bisa berpikir rasional ketika kemarahan atau tangisan mengacaukan perasaan, kan? Coba biarkan otak Anda bereaksi, dengan beristirahat sejenak ketika merasakan luapan emosi mulai terasa, dan mencari aktivitas netral untuk menyeimbangkannya. Misalnya, jalan-jalan dulu, menulis jurnal, mendengarkan musik, atau duduk saja dan merenung. Saat itulah otak akan merebut kembali kendali Anda.
Buat keputusan
Wajar bila Anda ingin selalu bersama si dia saat baru memulai hubungan. Namun, jika suasana hati Anda jadi terpengaruh oleh pembawaannya yang moody, mungkin ini saatnya Anda harus membuat keputusan. Ketergantungan emosi bisa mengacaukan hubungan Anda. Jangan sampai Anda membiarkan kebahagiaan atau kesedihan pasangan mendikte suasana hati Anda sendiri. Cermati apa yang membuat emosi Anda terganggu, dan pisahkan apa yang Anda rasakan dengan apa yang dialami si dia.
Sumber: Single Edition, Kompas,Jumat, 14/5/2010