Pernikahan Anda tinggal dua minggu lagi. Mendadak, ada sesuatu hal yang dikatakan pasangan yang membuat Anda emosi. Bertengkarlah Anda sejadi-jadinya dengan si dia. Hal-hal yang sudah lama dibahas dan ketemu jalan keluarnya, misalnya siapa yang harus pindah kerja bila pasangan tinggal di kota lain, menjadi mentah lagi. Tiba-tiba Anda menjadi ragu, perlukah rencana perkawinan ini dilanjutkan? Atau, betulkah dia orang yang Anda cari selama ini?
Sebelum Anda melakukan keputusan emosional yang membuat Anda menyesal belakangan, sebaiknya Anda menarik napas dalam-dalam lebih dulu. Perlu Anda ketahui, pertengkaran yang terjadi saat mempersiapkan pernikahan ternyata dialami oleh hampir semua pasangan. Saat-saat itu Anda sedang merasa benci-bencinya dengan pasangan. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Ada beberapa alasan mengapa kita justru bertengkar saat sedang menyiapkan pernikahan.
1. Penyebab yang berkaitan langsung dengan pernikahan itu sendiri, di mana Anda merasa tegang menghadapi dunia baru yang akan Anda masuki. Anda sedang meragukan keputusan-keputusan yang telah Anda buat, apakah hal tersebut membuat Anda tenang dan nyaman, apakah pilihan yang Anda tetapkan hanya menyenangkan bagi si dia namun tidak bagi Anda, dan lain sebagainya.
2. Penyebab lain berkaitan dengan repotnya persiapan pernikahan. Anda dan pasangan sama-sama sedang stres karena pernikahan sudah semakin dekat dan tampaknya banyak yang belum berjalan sesuai yang Anda harapkan. Atau, Anda merasa dia tidak seantusias Anda dalam melakukan persiapan sehingga Anda merasa bekerja sendiri. Padahal, ini menyangkut satu prinsip penting: Pria umumnya tidak mampu menangani sesuatu yang detail, seperti memilih desain dan teks undangan, atau menghitung budget sampai ke detail-detail-nya.
Ada hal-hal yang perlu Anda renungkan dan lakukan bila hal ini terjadi;
1. Hanya karena Anda bertengkar hebat, jangan sekali-sekali berpikir untuk membatalkan pernikahan. Kecuali bila ia kedapatan masih berhubungan dengan wanita lain, misalnya, sehingga Anda perlu berpikir sekali lagi apakah ia masih bisa mengubah perilakunya. Jika Anda mengalami pertengkaran yang mengerikan sebelum menikah, segera ingatkan diri Anda mengenai alasan-alasan indah mengapa Anda mau menikahi pria ini.
2. Jika masalahnya karena Anda merasa calon suami tidak banyak membantu, ya sudah, minta saja bantuan dari saudara atau teman. Misalnya jika Anda butuh pendapat mengenai warna undangan yang cocok, atau warna kebaya yang sesuai untuk kulit Anda. Bantuan pasangan bisa Anda minta dalam bentuk mengantarkan Anda ke sana-kemari. Hal itu akan lebih nyaman buatnya.
3. Jika Anda merasa perlu menjauh dari si dia untuk sesaat, lakukan saja. Jangan merasa bersalah karena Anda butuh sejam-dua jam, atau sehari, tidak menemuinya. Lakukan kegiatan yang Anda senangi, jalan-jalan, shopping, nongkrong bersama teman di kafe, nonton ke bioskop, sekadar untuk melepaskan ketegangan. Setelah merasa lebih santai, diskusikan masalah Anda dengannya.
4. Jangan terburu-buru melontarkan pernyataan yang akan membuat pasangan berubah pikiran, seperti, "Ya, sudah! Aku sudah nggak tahan lagi!", tak peduli betapa kesal Anda padanya. Jika pertengkaran membuat usaha keras keluarga Anda menyiapkan pernikahan ini berakhir, Anda pasti menyesalinya nanti. Jangan segan meminta maaf jika pikiran Anda sudah lebih jernih. Pastikan sudah tidak ada ganjalan di hati Anda saat memasuki lokasi pemberkatan atau akad nikah nantinya.
5. Hingga penyelenggaraan resepsi, mungkin ada beberapa hal yang tidak berjalan sesuai rencana. Tak perlu memikirkan hal-hal seperti ini. Yang sudah lewat, tidak perlu dibahas lagi. Anda toh tidak bisa membuat semua orang senang.(Kompas,Selasa, 27/4/2010)