SEORANG wanita, usia 27 tahun, sudah menikah dua tahun lamanya tetapi belum hamil. Wanita aktif, sebut saja X ini mengeluh tidak pernah merasa kenikmatan setiap kali melakukan hubungan seks dengan suami. Padahal, nafsu seksnya besar sekali, katanya.
Tiga hari tidak melakukan hubungan seks, gairahnya sudah menggebu, walaupun akhirnya tidak merasakan apa-apa. Sebaliknya hanya kejengkelan dan kekecewaan saja yang dirasakan, setiap melakukan hubungan seks, rasanya cukup lama, tetapi anehnya tidak pernah merasakan kenikmatan.
Sebaliknya, kalau melakukan masturbasi, wanita ini justru bisa merasakan nikmat luar biasa. Dia mengaku sudah melakukan masturbasi sejak sebelum menikah, tetapi tidak pernah melakukan hubungan seks dengan siapa pun sebelumnya. Saat sudah menikah, kebiasaan ini masih sering dilakukannya dan kerap pula muncul rasa kecewa. Untuk apa punya suami? Si wanita bertanya, kelainan apa yang dialamibya ini? Apa yang harus dilakukan agar dapat mencapai kenikmatan dengan hubungan seks, dan juga dapat hamil?
Prof. Wimpie Pangkahila, Sp.And pun menjawab. Keluhan si wanita ini, kata pakar seks dan androlog dari Universitas Udayana Bali ini menunjukkan bahwa dia mengalami suatu gangguan fungsi seksual, yaitu hambatan orgasme atau yang disebut juga disfungsi orgasme.
Gangguan ini dialami oleh banyak wanita, termasuk yang sudah lama menikah. Ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan hambatan orgasme. Pertama, hambatan komunikasi dengan suami. Kedua, mengalami hambatan psikis setiap melakukan hubungan seksual. Ketiga, rangsangan seksual tidak cukup diterima. Keempat, posisi hubungan seksual tidak efektif bagi wanita. Kelima, gangguan fungsi seksual di pihak pria.
Dengan melihat faktor penyebab tersebut, ternyata tidak selalu penyebabnya ada di pihak wanita sendiri, walaupun yang mengalami masalah pihak wanita. Justru cukup banyak penyebabnya terletak di pihak pria, berupa gangguan fungsi seksual, khususnya ejakulasi dini dan gangguan ereksi. Jadi, kalau pihak pria mengalami gangguan fungsi seksual tersebut, hubungan seksual tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan.
Kalau si wanita dapat mencapai orgasme melalui masturbasi, lanjut Wimpie, itu menunjukkan bahwa penyebab hambatan orgasme bukan terletak pada diri Anda. Paling sedikit ada dua hal yang dapat menjelaskan mengapa dengan melakukan masturbasi si wanita dapat mencapai orgasme. Pertama, dengan melakukan masturbasi si wanita dapat menerima rangsangan seksual yang efektif, mungkin pada klitoris atau G-spot, karena si wanita sendiri yang mengatur dan melakukannya. Kedua, tanpa melakukan hubungan seksual, berarti tidak ada hambatan psikis yang dialami, khususnya yang berkaitan dengan keberadaan pihak suami.
Perasaan kecewa yang dialami melalui kalimat ¨Untuk apa punya suami¨ dapat dimengerti. Tentu saja dengan melakukan hubungan seksual, diharapkan dapat merasakan kepuasan seksual, tidak sekadar kenikmatan seksual, seperti yang dirasakan ketika melakukan masturbasi. Dengan melakukan hubungan seksual, diharapkan merasakan juga keterlibatan emosional yang memberikan kepuasan seksual.
Namun, tak ada hubungan antara tidak pernah merasakan orgasme dengan belum hamil. Untuk terjadinya kehamilan, diperlukan kesuburan yang baik pada kedua pihak, dan hubungan seksual yang berlangsung pada saat subur wanita. Jadi, walaupun si wanita tidak pernah mencapai orgasme, kehamilan dapat saja terjadi asal kesuburan si wanita dan suami baik.
Untuk mengatasi masalah, perlu konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut, sehingga dapat diketahui apa penyebab dasar hambatan orgasme yang dialami. Setelah itu barulah dapat dilakukan cara atau pengobatan yang tepat. Ada cara latihan bagi wanita yang mengalami hambatan orgasme seperti si wanita ini. Hasilnya pun cukup menggembirakan, dalam arti kemudian dapat mencapai orgasme melalui hubungan seksual.
Di sisi lain, kesuburan si wanita dan suami juga perlu diperiksa mengingat belum hamil, padahal sudah dua tahun menikah. Sebenarnya kalau telah setahun melakukan hubungan seksual secara teratur tetapi belum hamil, pasangan itu dianggap sebagai pasangan tidak subur. Jadi, si wanita dan suami sebenarnya tergolong pasangan yang tidak subur atau infertil. Si wanita dan suami perlu konsultasi dan pemeriksaan yang benar.
Source: Gaya Hidup Sehat, Kompas,Kamis, 28/2/2008