Selain penyakit kardiovaskular, disfungsi ereksi (DE) atau ketidakmampuan seorang pria mencapai dan atau mempertahankan ereksi untuk sanggama yang memuaskan juga disebabkan oleh kekurangan testosteron atau testosterone deficiency syndorme (TDS) dan sindroma metabolik (metabolic syndrome).
Demikian dikatakan oleh Androlog Nugroho Setiawan di Jakarta, Kamis (18/2). "Metabolic syndrome menyangkut penyakit jantung, hipertensi, diabetes, depresi, testoterone deficiency syndrome, dan kolesterol tinggi," kata Nogroho.
Ia menjelaskan, mereka yang terkena penyakit jantung berisiko dua kali terkena DE, hipertensi 1,5-2 kali, diabetes 3-4 kali, depresi, 2-3,5 kali, TDS 1,5-2 kali, dan kolesterol tinggi sebanyak 4 kali.
Menurut Nugroho, TDS merupakan keadaan ketika produksi testosteron dari testis tidak cukup. Berkurangnya hormon ini akan mengakibatkan terganggunya metabolisme, disregulasi insulin (tingkat kadar gula darah abnormal), kolesterol tinggi serta hipertensi. Pada akhirnya akan mengarah pada penyakit diabetes melitus dan jantung.
"Testosteron sendiri terdiri dari: testosteron terikat globulin atau SHBG (60 persen), testosteron terikat albumin (38 persen), dan testosteron bebas (2 persen), yang aktif adalah albumin dan bebas," ugkap Nugroho. Menurutnya dengan bertambahnya usia, testosteron aktif semakin menurun, sedangkan SHBG semakin tinggi. Akibatnya, seseorang akan semakin berisiko terkena TDS.
Nugoroho menambahkan bahwa testosteron sendiri merupakan hormon seks pria yang paling penting. Bagi orang dewasa, hormon ini berperan penting untuk meningkatkan gairah seksual, pembentukan otot dan pengurangan massa lemak dan menaikkan vitalitas.(Kompas,Kamis, 19 Februari 2009)