Anak gemuk, terutama laki-laki, alat kelaminnya sering kali terlihat amat kecil. Kondisi ini sebelumnya dianggap wajar. Penis tampak kecil karena tertutup lemak di perut.
Ternyata keadaan itu tak selalu karena kegemukan. Menurut Prof Dr Wimpie Pangkahila, Sp And, FAACS, penis kecil dan biasanya testis juga kecil atau tidak turun ke dalam kantongnya pada anak gemuk bukan disebabkan oleh gemuknya.
"Gemuk dan kelamin yang tidak berkembang itu disebabkan rendahnya hormon androgen alias testoteron. Keadaan ini disebut hipogonadism," ujar guru besar dari Departemen Andrologi dan Seksologi FK Universitas Udayana, Bali, ini.
Karena itu, kalau hanya mengandalkan pengaturan pola makan, sulit diharapkan penis dan testis anak berkembang menjadi normal.
Guna mengatasi masalah itu dibutuhkan pengobatan yang berfungsi meningkatkan kadar androgen. Tentu perlu pertimbangan tepat dan benar sebelumnya.
"Pemberian kadar testoteron haruslah mempertimbangkan kemungkinan efek samping, seperti terhambatnya pertumbuhan tinggi dan perkembangan pubertas dini. Pengobatan nontestoteron lebih aman," kata Prof Wimpie.
Mengingat dampaknya, penggunaan hormon testoteron pada anak harus hati-hati dan perlu pengawasan dokter ahli. Hormon ini juga tidak boleh dijual bebas. Jika anak mengalami perkembangan gangguan kelamin, Prof Wimpie menyarankan orangtua untuk berkonsultasi kepada dokter.
Kurangnya hormon androgen itu bisa disebabkan masuknya bahan, misalnya dalam bentuk makanan, yang bersifat antiandrogen atau bersifat estrogenik ke dalam tubuh anak. Makanan tersebut bisa saja diasup si ibu selama hamil.
Pria usia lanjut, dijelaskan dokter yang berpraktik di Klinik Grasia, Pusat Kesehatan Reproduksi Seksual dan Kedokteran Antipenuaan, Bali, ini juga bisa mengalami hipogonadism. Akibat yang muncul dari kondisi tersebut antara lain terjadi gangguan fungsi seksual dan timbunan lemak di perut.
(Sumber :Tabloid Gaya Hidup Sehat, Kompas, Kamis, 23 Juli 2009)