Perilaku seks tanpa ikatan di kalangan remaja Amerika Serikat sepertinya bukan hal yang baru. Suatu riset terbaru yang dirilis lembaga pencegahan dan pengendalian penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) menyebutkan, 42 persen remaja yang belum menikah di AS mengaku pernah melakukan hubungan seks setidaknya sekali.
Angka ini, menurut CDC, tidak mengalami kenaikan dibandingkan survei yang sama pada 2002. Fakta lain yang terungkap adalah makin banyak gadis remaja yang menggunakan kalender kesuburan untuk menghindari kehamilan.
Sekitar 17 persen gadis remaja yang pernah melakukan seks mengaku menggunakan metode ritme, yakni memilih waktu yang pas untuk menghindari hari-hari kesuburan demi mencegah kehamilan. Angka ini mengalami kenaikan dari hanya 11 persen pada 2002.
Fakta lain dari survei itu mengungkapkan hampir 64 persen pria remaja yang pernah ngeseks mengaku senang bila pasangannya hamil dan melahirkan. Angka ini jauh meningkat dibandingkan 2002 yang mencapai 50 persen. Sementara di kalangan gadis, hanya 58 persen yang mengaku sangat terpukul bila mereka hamil.
Survei yang dipimpin Joyce Abma, pakar kependudukan dari US National Center for Health Statistics, ini dilakukan dengan cara mewawancarai 1.381 gadis remaja dan 1.386 pria muda berusia 15-19 tahun pada 2006-2008.(Kompas, Jumat, 4 Juni 2010)
Angka ini, menurut CDC, tidak mengalami kenaikan dibandingkan survei yang sama pada 2002. Fakta lain yang terungkap adalah makin banyak gadis remaja yang menggunakan kalender kesuburan untuk menghindari kehamilan.
Sekitar 17 persen gadis remaja yang pernah melakukan seks mengaku menggunakan metode ritme, yakni memilih waktu yang pas untuk menghindari hari-hari kesuburan demi mencegah kehamilan. Angka ini mengalami kenaikan dari hanya 11 persen pada 2002.
Fakta lain dari survei itu mengungkapkan hampir 64 persen pria remaja yang pernah ngeseks mengaku senang bila pasangannya hamil dan melahirkan. Angka ini jauh meningkat dibandingkan 2002 yang mencapai 50 persen. Sementara di kalangan gadis, hanya 58 persen yang mengaku sangat terpukul bila mereka hamil.
Survei yang dipimpin Joyce Abma, pakar kependudukan dari US National Center for Health Statistics, ini dilakukan dengan cara mewawancarai 1.381 gadis remaja dan 1.386 pria muda berusia 15-19 tahun pada 2006-2008.(Kompas, Jumat, 4 Juni 2010)