Langkah 1: kontraksi otot
Kebanyakan wanita sering kali terjebak dengan anggapan bahwa untuk mencapai ”puncak”, mereka harus rileks dan hanya berbaring. Biasanya anggapan ini didapat karena banyaknya literatur yang mengatakan bahwa relaksasi saat melakukan hubungan seksual sangat penting. Padahal, dibutuhkan tekanan otot (myotonia) di daerah intim untuk bisa mencapai orgasme. Tak sedikit wanita yang merasakan orgasme pertamanya banyak melakukan ketegangan pada otot di bagian kaki, perut, dan bokong secara bersamaan.
Banyak wanita juga melaporkan bahwa kebanyakan kontraksi saat orgasme terjadi di bagian pelvis bawah. Otot-otot di daerah ini adalah otot yang sama yang Anda gunakan untuk mengerem aliran urine (latihan kontraksi yang disengaja pada daerah ini disebut dengan gerakan kegel).
Hubungan antara orgasme dan ketegangan otot adalah kemampuan untuk merangsang. Melakukan kontraksi (menegangkan) otot-otot tertentu bisa menambah aliran darah di seluruh tubuh, termasuk area genital. Tentunya rangsangan adalah jalan menuju puncak untuk kebanyakan wanita.
Langkah 2: relaksasi
Lalu, di manakah fungsi relaksasi dalam hal ini? Di otak. Selama melakukan hubungan intim, wanita harus memfokuskan diri untuk merasakan sensasi stimulasi. Sulit untuk menenangkan diri? Coba ulangi ”mantra” menenangkan diri di dalam otak, misal, ”Sentuhan dia nyaman sekali” atau kata-kata apa pun untuk mengisi pikiran Anda dengan pikiran yang mendorong stimulasi seksual. Hindari pikiran negatif yang mengurangi rangsangan atau urusan pekerjaan yang belum kelar. Masih belum terasa nyaman dengan pikiran-pikiran tersebut? Coba buat pikiran Anda diam atau tidak memikirkan apa pun saat berhubungan intim sambil mengontraksikan otot-otot di bagian pelvis. Teknik ini butuh latihan, tetapi jika Anda berniat mempelajarinya, lama-kelamaan pasti bisa.
Tak bisa orgasme? Bisa jadi ada masalah medis
Terapi teknik di klinik seksual mungkin memang bisa membantu beberapa wanita untuk merasakan orgasme. Namun, tak tertutup kemungkinan pula ada masalah medis atau efek samping pengobatan yang menyebabkan masalah ini. Konsultasikan dengan dokter untuk mencari tahu penyebabnya dan mencari pengobatan yang terbaik. (Kompas,Jumat, 12 Maret 2010 )