Rahasianya, menurut penelitian, adalah melalui pikiran. Hal ini disimpulkan setelah beberapa tahun lalu peneliti melakukan scanning otak dengan metode MRI untuk mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi pada otak perempuan pada saat orgasme.
"Pusat kesenangan di otak yang dikaitkan dengan orgasme 'menyala' pada perempuan yang meminta dirinya untuk orgasme, dengan cara yang sama pada perempuan yang mencapai orgasme melalui cara yang konvensional (dengan sentuhan)," ujar Dr Barry Komisaruk, penulis The Science Of Orgasm.
"Pusat yang sama tidak menyala ketika perempuan hanya berpura-pura orgasme; ini hanya terlihat ketika orgasme sungguh terjadi," lanjutnya.
Yang menarik, responden perempuan yang mengikuti uji coba ini semua berusaha membayangkan situasi yang bahagia, namun dengan cara yang berbeda-beda. Misalnya, ada yang mengombinasikan latihan pernafasan dan fantasi. Ada pula yang menggunakan imajinasi dan latihan dasar panggul.
Dari masalah fantasi saja, terlihat ada sesuatu yang unik. Menurut Dr Komisaruk, ada perempuan yang mengimajinasikan skenario yang erotis, namun ada juga yang mengimajinasikan adegan romantis seperti pasangan yang tengah berbisik mesra pada mereka. Perempuan yang lain menggambarkan pengalaman sensual yang lebih abstrak, seperti berjalan beriringan di pantai atau membayangkan gelombang energi yang bergerak di dalam tubuh mereka.
Kunci untuk mencapai gelombang kenikmatan ini adalah dengan berfokus pada apa yang sedang Anda pikirkan. "Menurut saya, kebanyakan perempuan pasti bisa melakukan hal ini, kalau mereka berlatih dan sangat fokus. Anda harus benar-benar rileks, menutup mata, dan hanya memikirkan apa yang bisa membuat Anda orgasme," ujar Jill Morrison (40), seorang sekretaris legal, yang mengaku kerap mencapai orgasme tanpa sentuhan sang suami.
Ia bahkan tidak selalu membuat suatu fantasi seksual, hanya membayangkan dan "menyuruh" dirinya untuk orgasme sehingga tubuhnya merespons. Semakin sering kita melakukannya, menurutnya semakin baik. Jill merasa lebih mampu mengontrol seksualitasnya sendiri.
Meskipun demikian, dari pengujian para peneliti dan pengalaman perempuan seperti Jill, dapat disimpulkan bahwa seksualitas bagi perempuan lebih rumit dan lebih menguras emosi daripada yang dibayangkan sebelumnya, demikian menurut Profesor Alan Riley, salah satu pakar seks terkenal di Inggris.
"(Untuk berhubungan seks) Ada banyak fokus pada tubuh dan respons fisik kita. Namun bagi banyak orang, dan khususnya perempuan, pikiran memainkan peran yang lebih penting," paparnya.
Hasil penelitian ini juga penting, karena meskipun orgasme adalah pengalaman yang sangat menyenangkan, tetapi memahaminya dengan lebih baik jauh lebih penting. Orgasme pada perempuan, menurut Dr Komisaruk, adalah fenomena yang luar biasa. Saat orgasme, detak jantung perempuan berlipat ganda, sensitivitasnya pada rasa sakit berkurang, aliran darah ke otak meningkat, dan perasaan senang, bahagia, dan cinta juga meningkat.
"Memahami apa yang terjadi dalam otak kita ketika orgasme bisa membantu kita mengembangkan obat-obatan antidepresan dan penghilang rasa sakit yang lebih baik, selain juga meningkatkan kepuasan seksual," ungkapnya.(Kompas, Kamis, 19/8/2010)