Mononukleosis Infeksiosa adalah penyakit yang ditandai dengan demam, nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening, yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr, salah satu dari virus herpes.
Setelah menyususp ke dalam sel-sel di hidung dan tenggorokan, virus ini akan menyebar ke limfosit B (sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap pembentukan antibodi).
Infeksi virus Epstein-Barr sering terjadi dan bisa menyerang anak-anak, remaja dan dewasa. Sekitar 50% anak-anak Amerika mengalami infeksi ini sebelum usia 5 tahun. Tetapi virus ini tidak terlalu menular.
Remaja atau dewasa muda biasanya mendapatkan infeksi ini melalui ciuman atau hubungan intim lainnya dengan orang yang terinfeksi.
PENYEBAB
Virus Epstein Barr.
Virus Epstein-Barr dihubungkan dengan limfoma Burkitt, sejenis kanker yang terjadi terutama di Afrika.
Virus ini juga berperan dalam tumor limfosit B tertentu pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penerima organ cangkokan atau penderita AIDS) dan pada beberapa kanker hidung dan tenggorokan.
GEJALA
Pada anak-anak dibawah 5 tahun, infeksi tidak menunjukkan gejala.
Pada remaja dan dewasa muda, bisa menimbulkan gejala, bisa juga tidak.
Masa inkubasi (masa antara infeksi dan timbulnya gejala) bisasanya berlangsung selama 30-50 hari.
4 (empat) gejala utamanya adalah:
# Lemah
# Demam
# Nyeri tenggorokan
# Pembengkakan kelenjar getah bening.
Tidak semua penderita mengalami keermpat gejala tersebut.
Biasanya infeksi dimulai dengan perasaan sakit (tidak enak badan) yang berlangsung selama beberapa hari sampai 1 minggu.Kemudian timbul demam, nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening. Biasanya demam mencapai 39,4 derajat Celsius, pada sore hari atau awal malam hari.
Tenggorokan bisa terasa sangat sakit dan bisa terbentuk bahan seperti nanah di belakang tenggorokan.
Kelenjar getah bening di berbagai tempat bisa membesar, tetapi yang paling sering adalah kelenjar getah bening leher.
Kelemahan biasanya timbul pada minggu ke2-3.
KOMPLIKASI
Pada lebih dari 50% penderita, terjadi pembesaran limpa. Hati bisa sedikit membesar.
Sakit kuning dan pembengkakan di sekitar mata agak jarang terjadi.
Ruam di kulit jarang ditemukan, tetapi pada suatu penelitian, penderita yang mendapatkan ampisilin akan membentuk ruam.
Komplikasi lainnya adalah peradangan otak (ensefalitis), kejang, kelainan saraf, peradangan selaput otak (meningitis) dan kelainan tingkah laku.
Limpa bisa terluka dan pecah. Jika hal ini terjadi perlu dilakukan pembedahan darurat untuk mengangkat limpa.
Walalupun jarang, kelenjar getah bening leher yang membesar bisa menekan saluran pernafasan. Bisa terjadi penyumbatan paru-paru, tetapi sering tanpa gejala.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Tetapi gejala mononukleosis infeksiosa tidak khas, dan bisa menyerupai penyakit infeksi lainnya.
Pemeriksaan darah bisa memperkuat diagnosis, yaitu ditemukannya antibodi terhadap virus Epstein-Barr.
Tubuh juga biasanya menghasilkan limfosit B baru untuk menggantikan limfosit yang terinfeksi. Limfosit ini memiliki bentuk yang khas yang bisa dilihat melalui mikroskop.
PENGOBATAN
Disarankan untuk beristirahat sampai demam, nyeri tenggorokan dan perasaan sakit hilang.
Karena ada resiko pecahnya limpa, penderita tidak boleh mengangkat beban berat dan berolah raga selama 6-8 minggu, meskipun tidak ditemukan pembesaran limpa.
Untuk demam dan nyeri, diberikan sindrome Reye, yang bisa berakibat fatal.
Beberapa komplikasi, seperti pembengkakan saluran pernafasan, bisa diobati dengan kortikosteroid.
Meskipun asiklovir bisa mengurangi jumlah virus Epstein-Barr, tetapi efeknya terhadap gejala sangat kecil.
Kebanyakan penderita akan sembuh sempurna. Lamanya penyakit bervariasi.
Fase akut berlangsung selama 2 minggu, setelahnya penderita bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Tetapi kelemahan bisa menetap sampai beberapa minggu, bahkan lebih.
Walaupun jarang (kurang dari 1%), penyakit ini bisa berakhir dengan kematian.
Kematian biasanya merupakan akibat dari komplikasi, seperti peradangan otak, pecahnya limpa atau penyumbatan saluran pernafasan.