Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh.
Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri.
Jika sebuah sel menjadi ganas, antigen baru (yang tidak dikenal oleh sistem kekebalan) muncul dalam permukaan sel.
Sistem kekebalan mungkin mengenali antigen baru ini, yang disebut antigen tumor, sebagai benda asing dan bisa mengangkut atau menghancurkan sel-sel kanker. Tetapi sistem kekebalan yang berfungsi baikpun tidak selalu mampu menghancurkan seluruh sel kanker.
Antigen tumor telah ditemukan pada beberapa jenis kanker, yaitu melanoma maligna, kanker tulang (osteosarkoma) dan beberapa kanker saluran pencernaan.
Penderita kanker tersebut memiliki antibodi yang melawan antigen tumor. Antigen biasanya tidak mengeluarkan respon kekebalan yang cukup untuk mengendalikan kanker.
Tampaknya antibodi tidak mampu menghancurkan kanker dan bahkan kadang merangsang pertumbuhannya.
Antigen yang dilepaskan ke dalam pembuluh darah oleh beberapa kanker bisa ditemukan pada pemeriksaan darah.
Antigen ini kadang disebut tumor marker (petanda tumor).
Tumor marker lebih banyak digunakan dalam menegakkan diagnosis dan pengobatan kanker.
Misalnya pemeriksaan darah bisa membantu menjelaskan apakah pengobatan kanker efektif atau tidak. Jika petanda tumor tidak lagi ditemukan dalam contoh darah, kemungkinan pengobatan telah berhasil. Jika petanda tumor menghilang dan kemudian muncul lagi, kemungkinan kanker telah kembali kambuh.
Antigen karsinoembrionik (Carcinoembryonik Antigen, CEA) adalah antigen tumor yang ditemukan dalam darah penderita kanker usus besar, payudara, pankreas, kandung kemih, indung telur atau leher rahim.
Kadar antigen yang tinggi juga bisa ditemukan pada perokok sigaret berat dan penderita sirosis hati atau kolitis ulserativa.
Karena itu kadar CEA yang tinggi tidak selalu menunjukkan adanya kanker.
Pengukuran kadar CEA pada seseorang yang telah menjalani pengobatan untuk kanker, akan membantu mengetahui kekambuhan dari kanker.
Alfa-fetoprotein (AFP) yang dalam keadaan normal dihasilkan oleh sel-sel hati, ditemukan dalam darah penderita kanker hati (hepatoma).
AFP sering ditemukan pada penderita kanker indung telur tertentu atau kanker buah zakar dan pada anak-anak dan dewasa muda yang menderita tumor kelenjar hipofisa.
Beta-human chorionic gonadotropin (B-HCG) adalah hormon yang dihasilkan selama kehamilan, yang merupakan dasar bagi pemeriksaan kehamilan.
Hormon ini juga ditemukan pada wanita yang memiliki kanker yang berasal dari plasenta dan pada pria yang menderita kanker buah zakar.
B-HCG merupakan petanda tumor yang sangat sensitif. Penggunaanya dalam memantau efek pengobatan telah membantu memperbaiki angka kesembuhan kanker ini sampai lebih dari 95%.
Kadar prostate-specific antigen (PSA) tinggi pada pria dengan pembesaran prostat jinak dan sangat tinggi pada pria penderita kanker prostat.
Apa yang menyebabkan tingginya kadar antigen ini, masih belum jelas, tetapi pria dengan kadar PSA yang meninggi harus menjalani pemeriksaan lanjutan untuk kanker prostat.
Pemantauan kadar PSA setelah suatu pengobatan kanker dapat menjelaskan apakah kanker telah kembali atau tidak.
Kadar CA-125 dalam darah meningkat pada wanita dengan berbagai penyakit indung telur, termasuk kanker.
Karena kanker indung telur sering sulit didiagnosis, beberapa ahli kanker menganjurkan untuk melakukan tes penyaringan terhadap CA-125 pada wanita diatas 40 tahun. Tetapi tes penyaringan ini kurang dapat dipercaya karena kurang peka dan kurang spesifik.
Pada kanker payudara, kadar CA 15-3 meningkat; pada kanker pankreas kadar CA 19-5 meningkat; pada multipel mieloma kadar &beta2;-mikroglobulin meningkat dan pada kanker buah zakar, kadar laktat dehidrogenase meningkat.
Tetapi tidak satupun yang dapat dipakai untuk penyaringan kanker. Pemeriksaan ini digunakan untuk memantau respon terhadap pengobatan pada penderita kanker.
IMUNOTERAPI
Untuk memperbaiki kemampuan sistem kekebalan dalam menemukan dan menghancurkan kanker, para peneliti telah menciptakan pengubah respon biologis (biologic response modifiers).
Bahan tersebut digunakan untuk fungsi-fungsi berikut:
1. Merangsang respon anti-tumor tubuh dengan meningkatkan jumlah sel pembunuh tumor atau menghasilkan 1 atau lebih bahan kimia pembawa pesan (mediator)
2. Secara langsung berfungsi sebagai agen pembunuh tumor atau bahan kimia pembawa pesan
3. Mengurangi mekanisme tubuh yang normal dalam menekan respon kekebalan
4. Merubah sel-sel tumor untuk meningkatkan kemungkinan mereka memicu suatu respon kekebalan atau membuat sel-sel tumor lebih mungkin dirusak oleh sistem kekebalan
5. Memperbaiki toleransi tubuh terhadap terapi penyinaran atau bahan-bahan kimia yang digunakan dalam kemoterapi.
Pengubah respon biologis yang paling dikenal dan paling banyak digunakan adalah interferon.
Dalam keadaan normal, hampir seluruh sel manusia menghasilkan interferon, tetapi interferon juga dapat dibuat dengan tehnik biologi molekuler rekombinan.
Meskipun mekanisme aksinya belum sepenuhnya jelas, interferon berperan dalam pengobatan beberapa kanker.
Respon yang luar biasa (termasuk kesembuhan) telah terjadi pada sekitar 30% penderita sarkoma Kaposi, 20% penderita muda leukemia mielogenous kronik dan 15% penderita karsinoma sel ginjal.
Interferon memperpanjang periode bebas penyakit yang diharapkan pada penderita yang mengalami penyembuhan dari multipel mieloma dan beberapa bentuk limfoma.
Pada terapi sel pembunuh (killer cell therapy), limfosit dari penderita kanker dikeluarkan dari contoh darah.
Di laboratorium, dilakukan pemaparan terhadap limfosit dengan interleukin-2 (suatu faktor pertumbuhan sel T), untuk membuat sel-sel pembunuh limfokin aktif, yang akan disuntikkan kembali ke tubuh penderita melalui pembuluh darahnya.
Sel-sel ini lebih terlatih daripada sel-sel alami tubuh dalam menemukan dan menghancurkan sel-sel kanker.
Sekitar 25-30% penderita melanoma maligna atau kanker ginjal memberikan respon yang baik terhadap terapi sel pembunuh limfokin aktif, tetapi pengobatan ini masih dalam penelitian.
Terapi (antibodi) humoral menambah produksi antibodi oleh tubuh.
Bahan seperti bakteri tuberkulosis yang dilemahkan, yang diketahui bisa menambah respon kekebalan, telah dicoba pada beberapa kanker.
Menyuntikkan bakteri tuberkulosis secara langsung kedalam suatu melanoma hampir selalu menyebabkan menyusutnya kanker.
Kadang efeknya menyebar ke tumor yang telah menjalar ke seluruh tubuh (metastase).
Bakteri tuberkulosis juga telah berhasil digunakan untuk mengendalikan kanker kandung kemih yang belum menyebar ke dinding kandung kemih.
Pendekatan eksperimental lainnya menghubungkan antibodi spesifik tumor dengan obat antikanker.
Antibodi yang dibuat di laboratorium dan disuntikkan kepada penderita, akan membawa obat menuju sel-sel kanker.
Pilihan lainnya adalah antibodi yang dibuat di laboratorium yang dapat menempel baik kepada sel kanker maupun kepada limfosit pembunuh dan menyatukan kedua sel tersebut sehingga limfosit pembunuh dapat menghancurkan sel kanker.
Penelitian terbaru memberikan harapan untuk pengobatan yang baru.
Beberapa diantaranya menggunakan bagian dari onkogen, yang penting dalam pengaturan dan pertumbuhan sel.