Infertilitas atau ketidaksuburan pada laki-laki diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain genetika, Penyakit Menular Seksual dan penyakit infeksi yang didapat semasa masih kanak-kanak.
"Testis anak pernah infeksi karena penyakit Parotitis epidemica yang terjadi pada anak kecil dan tidak diketahui orangtuanya yang merambat ke testis. Anak pun tidak tahu kalau dia sakit," kata Dokter spesialis Andrologi dari Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr dr Wahyuning Ramelan SpAnd(K) di Jakarta, Sabtu (13/12).
Fertilitas atau kesuburan laki-laki adalah kemampuan untuk reproduksi. Fertilitas tidak berkorelasi dengan seksualitas, khususnya potensi untuk melakukan hubungan seksual. Fertilitas akan menurun sejalan dengan umur, makin tua, makin kurang fertil. Diperkirakan kesuburan manusia sekarang ini lebih kecil dibandingkan manusia sekitar 30 tahun lalu.
Secara khusus Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kriteria fertilitas lelaki dalam aspek spermanya, yaitu makroskopis di mana volume 2-5 ml, penampakan putih keruh (putih mutiara), dengan kekentalan biasa, normal, berbau khas, mencair sepenuhnya dalam waktu kurang dari satu jam, tak ada lagi gumpalan.
Infertilitas pada laki-laki akan berakibat kepada infertilitas Pasangan Usia Subur (istri/perempuan), sebagian kecil infertilitas lelaki disebabkan oleh faktor organik. Mayoritas atau sebagian besar infertilitas laki-laki disebabkan oleh gangguan fungsi atau sperma yang tidak memenuhi syarat fertilitas WHO. Hal ini diakibatkan banyak sebab.
Infertilitas laki-laki, menurut Wahyuning Ramelan, secara umum dapat dikelompokkan kepada tiga kelanjutan yaitu, masih dapat disembuhkan dalam waktu singkat (kurang dari dua tahun dengan obat), sulit disembuhkan dan perlu waktu lama dan upaya yang tidak sederhana, dan sudah tidak dapat diperbaiki.
Sementara itu, Prof Dr dr Med Ali Baziad SpOG(K) dari Brawijaya Women & Children's Hospital menyatakan, jika pihak perempuan mendapatkan kesulitan hamil maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Bisa jadi terdapat kista atau miom di dalam kandungan.
Oleh karena itu persoalan kista tersebut harus ditangani terlebih dahulu dan baru kemudian merencanakan kehamilan. Kalau sudah dapat diatasi maka bisa hamil secara normal dan tidak perlu ikut program bayi tabung.(Kompas,Minggu, 14/12/2008 )
"Testis anak pernah infeksi karena penyakit Parotitis epidemica yang terjadi pada anak kecil dan tidak diketahui orangtuanya yang merambat ke testis. Anak pun tidak tahu kalau dia sakit," kata Dokter spesialis Andrologi dari Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr dr Wahyuning Ramelan SpAnd(K) di Jakarta, Sabtu (13/12).
Fertilitas atau kesuburan laki-laki adalah kemampuan untuk reproduksi. Fertilitas tidak berkorelasi dengan seksualitas, khususnya potensi untuk melakukan hubungan seksual. Fertilitas akan menurun sejalan dengan umur, makin tua, makin kurang fertil. Diperkirakan kesuburan manusia sekarang ini lebih kecil dibandingkan manusia sekitar 30 tahun lalu.
Secara khusus Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kriteria fertilitas lelaki dalam aspek spermanya, yaitu makroskopis di mana volume 2-5 ml, penampakan putih keruh (putih mutiara), dengan kekentalan biasa, normal, berbau khas, mencair sepenuhnya dalam waktu kurang dari satu jam, tak ada lagi gumpalan.
Infertilitas pada laki-laki akan berakibat kepada infertilitas Pasangan Usia Subur (istri/perempuan), sebagian kecil infertilitas lelaki disebabkan oleh faktor organik. Mayoritas atau sebagian besar infertilitas laki-laki disebabkan oleh gangguan fungsi atau sperma yang tidak memenuhi syarat fertilitas WHO. Hal ini diakibatkan banyak sebab.
Infertilitas laki-laki, menurut Wahyuning Ramelan, secara umum dapat dikelompokkan kepada tiga kelanjutan yaitu, masih dapat disembuhkan dalam waktu singkat (kurang dari dua tahun dengan obat), sulit disembuhkan dan perlu waktu lama dan upaya yang tidak sederhana, dan sudah tidak dapat diperbaiki.
Sementara itu, Prof Dr dr Med Ali Baziad SpOG(K) dari Brawijaya Women & Children's Hospital menyatakan, jika pihak perempuan mendapatkan kesulitan hamil maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Bisa jadi terdapat kista atau miom di dalam kandungan.
Oleh karena itu persoalan kista tersebut harus ditangani terlebih dahulu dan baru kemudian merencanakan kehamilan. Kalau sudah dapat diatasi maka bisa hamil secara normal dan tidak perlu ikut program bayi tabung.(Kompas,Minggu, 14/12/2008 )