Sosok Kerempeng, berotot, panjang, ataupun kecil, bukan merupakan tolok ukur dari kejantanan dan keperkasaan. Mungkin, Anda pernah membayangkan bahwa pria yang berotot, tinggi, besar dan kekar, pasti perkasa dalam urusan hubungan intim. Sedangkan yang pendek, gemuk atau kerempeng pasti loyo. Benarkah bayangan Anda itu?
Dr. Bambang Sukamto, DMSH, Program Officer di On Clinic Indonesia, menguakkan tabir tentang keperkasaan pria ini.
Mampu Memuaskan
Secara umum yang dimaksud dengan keperkasaan adalah mental maupun fisik kuat dan tahan uji. Namun, jika dilihat secara khusus, biasanya keperkasaan dikaitkan dengan kejantanan. Artinya, kemampuan seseorang untuk melaksanakan fungsi seksualnya. Dalam arti lain, mampu melakukan hubungan intim dengan pasangannya dan bisa melakukan dengan baik serta memuaskan.
Faktor memuaskan itu bukan hanya untuk diri pria yang bersangkutan tapi juga untuk pasangannya. Seorang pria mengalami gangguan fungsi seksual, yang lebih populer dikenal impotensi atau ejakulasi dini, bisa dikatakan kurang jantan, kurang perkasa atau tidak perkasa sama sekali. Dan, perlu diketahui, bahwa sekitar 10% pria pernah mengalami gangguan fungsi seksual.
Dalam masalah postur tubuh pria, memang ada anggapan yang berkembang di kalangan masyarakat, khususnya kaum wanita, bahwa pria yang bertubuh atletis, tinggi, kekar dan berotot lebih jantan dalam urusan ranjang. Sebenarnya, hal itu tidak selalu identik, karena ada sebagian pria dengan penampilan yang seperti itu tapi saat melakukan aktivitas seksual kurang jantan. Mereka mengalami ejakulasi dini bahkan sampai pada ereksi penis yang kurang sempurna.
Begitu pula sebaliknya dengan pria yang berbadan kerempeng, gendut ataupun pendek dipandang tidak oke atau loyo dalam melakukan hubungan intim, belumlah tentu benar. Jadi, kondisi fisik pria yang digambarkan di atas tidak ada kaitannya dengan masalah keperkasaan dalam melakukan hubungan seksual.
Besar Bukan Jaminan
Ukuran alat vital dari pria pun tidak bisa dijadikan patokan dari keperkasaan. Besar atau kecil, panjang atau pendek bukanlah masalah. Itu semua hanyalah mitos seputar "senjata" pria dan tidak bisa dijadikan pegangan. Misalkan, ada pendapat bahwa salah satu etnis tertentu memiliki alat vital yang besar dan panjang. Karena ukuran yang seperti itu timbul anggapan lebih perkasa dan kuat.
Meskipun kecil dan mampu mempertahankan waktu ereksi dengan sempurna tentu dapat memuaskan pasangannya. Besar dan tidak mampu berereksi dengan sempurna alias impoten tentu tidak perkasa, dan pasti tidak mampu memberikan kepuasan terhadap pasangannya.
Anggapan yang sering keliru juga terjadi bahwa pria yang gemuk mempunyai alat vital kecil, sedangkan yang kurus pasti besar. Secara relatif kelihatan lebih pendek karena badan yang gemuk. Padahal jika diukur alat vital antara yang gemuk dan kurus akan sama dan normal. Ukuran yang dianggap ideal atau normal dari alat vital dalam keadaan tidak ereksi sekitar 5 cm, sedangkan pada saat ereksi bisa mencapai 15 - 17 cm.
Perkembangan alat vital pria berlangsung sampai usia akil balig, sekitar usia 17 tahun. Jadi, jika ada obat-obatan ataupun alat yang mampu menambah ukuran alat vital, tidaklah benar. Dan, satu hal yang perlu Anda ketahui adalah besar-kecilnya ukuran alat vital pria tidak bisa dijadikan patokan dalam kepuasan saat berhubungan. Kepuasan itu ditentukan oleh mampu atau tidaknya alat vital berereksi dengan sempurna. Itulah yang jadi patokannya.
Hilangnya Keperkasaan
Penyebab gangguan keperkasaan pada hubungan seksual secara umum bisa terjadi karena dua hal yakni psikis dan fisik. Gangguan secara psikis atau kejiwaan bisa tercetus akibat stres. Penampilan Anda sehari-hari bisa juga jadi pencetus hilangnya keperkasaan pria. Baik dari cara berpakaian yang kurang berkenan di matanya sampai kepada bau badan yang kurang enak. Cara bicara Anda yang ketus, menyinggung perasaan, dan menyudutkan pun bisa menghilangkan keperkasaan seksual pria.
Sedangkan secara fisik, keperkasaan bisa hilang karena penyakit yang diderita oleh pria. Misalkan, diabetes, kolesterol, hipertensi, sampai penyakit kelamin. Pola hidup yang buruk pun bisa menyebabkan turunnya keperkasaan pria. Sebagai contoh, kebiasaan meneguk minuman beralkohol, merokok sampai pada penggunaan narkotika. Jadi, ini menunjukkan, hilang atau ber-kurangnya keperkasaan dari pria itu bukanlah diukur dari struktur tubuh.
Olahraga dan Hidup Sehat
Untuk mempertahankan keperkasaan, pria mesti melakukan olahraga secara teratur dan benar sesuai kemampuan. Tidak usah ngoyo, tapi konsisten. Jenis olahraganya bebas, tergantung mana yang dianggap cocok, tidak perlu mahal atau bergengsi. Dengan berolahraga, kondisi tubuh pria akan tetap terjaga. Kondisi tubuh yang segar dan bugar bisa menambah keperkasaan.
Makanan yang kaya akan gizi dapat pula menjaga keperkasaan pria. Begitu juga obat-obatan dan vitamin. Tapi, untuk hal ini perlu dikonsultasikan dulu dengan dokter ahli. Maksudnya, agar tidak terjadi kesalahan dalam mengkonsumsi obat-obatan. Karena, bisa jadi inginnya tambah perkasa tapi bisa jadi malahan loyo. (klinik pria)