Seks adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan, terutama dalam membina hubungan dengan pasangan. Dalam suatu wadah perkawinan, seksualitas mempunyai empat dimensi, yaitu dimensi prokreasi, dimensi rekreasi, dimensi relasi dan dimensi institusi.
Dimensi prokreasi menilai seks sebagai upaya memperoleh keturunan melalui hubungan seksual. Dimensi rekreasi lebih ditujukan untuk memperoleh kesenangan dan kenikmatan. Dimensi ini seringkali disalahartikan sehingga seks hanya dipandang sebagai kegiatan bersenang-senang belaka, tanpa ada unsur tanggung jawab dari pasangan yang melakukannya. Dimensi relasi dilakukan dengan tujuan membina hubungan pribadi yang lebih intim dan akrab. Pada pasangan yang sudah berusia lanjut, dimensi inilah yang lebih tepat untuk diterapkan dalam berhubungan dengan pasangan masing-masing. Dimensi institusi ditujukan untuk membentuk dan memperkokoh lembaga perkawinannya, sekaligus pelindung kehidupan suami-istri.
Seksualitas manusia memiliki segi psikoemosional, seperti rasa tertarik, nafsu birahi, cinta/asmara, rasa malu seksual, dan segi fisiobiologis, seperti susunan dan fungsi alat kelamin, tindakan seksual dan gejala seksual kejasmanian lainnya. Walaupun kedua hal ini berbeda dalam hal substansi, tetapi tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan yang membentuk seorang manusia.
Karena itu berhubungan seks seyogyanya menjadi suatu ekspresi pengungkapan rasa kasih sayang dari 2 insan yang saling mencintai. Dilakukan dengan sama-sama suka, artinya tidak ada unsur pemaksaan dari pihak suami/istri apabila pasangannya sedang tidak mood, sibuk, lelah atau sakit. Hubungan akan berhasil dengan baik dan memuaskan lahir batin apabila dilakukan dengan kesiapan kedua belah pihak. Istri dapat saja menolak (tentu saja dengan halus) apabila sedang tidak siap. Sebaliknya suami sebaiknya tidak egois, bisa bersikap bijaksana apabila pasangan sedang tidak siap.
Pasangan seksual hendaklah selalu menjaga kemesraan berdua dan bersikap saling terbuka komunikasi dua arah sehingga apabila ada masalah dapat segera terpecahkan.
Hubungan seks dapat menjadi beban dan sumber stressor. Hal ini dapat terjadi karena setiap kali hendak berhubungan, timbul perasaan-perasaan negatif seperti tidak dapat memuaskan pasangan, takut hamil lagi, dan sebagainya. Bahkan sebagian masyarakat ternyata mempercayai hal-hal yang keliru tentang seks. Sikap negatif seperti ini akan semakin menurunkan kualitas hubungan seksual. Sebaliknya sikap positif akan dapat meningkatkan kualitas hubungan seksual dan justru memuaskan diri sendiri dan pasangan seks.
Ketidaktersediaan informasi yang memadai tentang seks yang benar juga turut berperan menimbulkan banyak kesalahpahaman di masyarakat, terutama antar pasangan. Selain pengetahuan, seks juga memerlukan sedikit keberanian. Karena justru rasa takut seperti telah diungkapkan diatas akan semakin menurunkan “potensi” seseorang dalam berhubungan seks.
Ada banyak cara untuk mengatasi ketidakharmonisan dalam berhubungan seks. Yang perlu diperhatikan antara lain adalah mengenali pasangan. Masing-masing orang harus memahami diri dan pasangannya sendiri. Baik mengenai alat-alat seksual, fungsi seksual, bahkan sampai kebiasaan seksual dan erotic zone masing-masing pasangan. Karena hanya dengan cara demikianlah, seseorang dapat memuaskan diri sendiri dan pasangannya.
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah kondisi kesehatan. Jangan sekali-kali melakukan hubungan seks dalam kondisi sakit dan tidak fit. Hubungan seksual merupakan salah satu jenis aktivitas yang memakan energi tinggi, karena itu apabila dilakukan tidak dalam kondisi prima dapat mengakibatkan timbulnya keluhan-keluhan lain yang lebih parah.
Banyak pasangan yang tidak sabar dalam melakukan hubungan seks. Hal ini terutama dilakukan oleh kaum pria yang biasanya lebih mudah mencapai orgasme. Karena takut merasa bersalah, dalam kondisi ini wanita akan cenderung mengalah. Kebiasaan seperti ini sangat tidak kondusif dalam membina hubungan seksual yang baik.
Perlu diperhatikan pula untuk memilih waktu, teknik dan variasi hubungan seksual yang sesuai dengan keadaan dan kondisi diri sendiri dan pasangan pada saat ingin berhubungan. Disinilah perlunya pengetahuan yang benar tentang seks dan komunikasi yang baik dengan pasangan agar dapat melakukan hubungan seks yang baik, benar dan memuaskan kedua belah pihak.
Waktu yang tepat sangatlah penting walaupun tidak perlu ditetapkan jadwal khusus. Namun seyogyanya dilakukan apabila pasangan seks telah siap dan dengan penuh perasaan kasih sayang.
Variasi teknik/cara bukan merupakan hal yang tabu. Hal ini justru menghilangkan rasa jenuh dalam berhubungan seks. Tetapi hendaknya tidak melakukan teknik atau variasi yang justru menimbulkan rasa sakit atau ketegangan yang tidak diinginkan. Pilihan gaya hendaknya tidak mengganggu kesehatan baik secara fisik, mental, emosional dan sosial.
Fantasi dalam berhubungan seks adalah sesuatu yang wajar, selama tidak berfantasi yang bukan-bukan. Seperti membayangkan berhubungan seks dengan bintang film seksi padahal sedang berhubungan dengan istri sendiri. Hal ini justru akan merusak keintiman dalam berhubungan. (klinikpria)