BAGI seorang pria, ereksi adalah suatu proses alamiah yang menandakan bahwa sebagian besar fungsi kesehatannya - terutama seksual- masih sehat atau normal. Sebagian besar orang, mekanisme menegangnya penis dapat dijelaskan sederhana yakni, adanya aliran darah ke daerah organ vital pria tersebut.
Namun bila diurai secara medis, mungkin belum banyak tahu bahwa terjadinya ereksi sebenarnya melibatkan sejumlah organ dan unsur penting dalam tubuh. Seperti diungkapkan pakar andrologi Dr Nugroho Setiawan, MS, Sp.And, dalam dialog yang diprakarsai Bayer Schering Pharma bertema Restore The Man with Testosterone di Jakarta, Kamis 17/7) , mekanisme terjadinya ereksi merupakan rangkaian fisiologis dan biokimiawi yang sangat kompleks melibatkan saraf dan hormon.
Nugroho menjelaskan, ereksi biasanya diawali oleh adanya rangsangan atau stimulasi seksual yang berhubungan dengan gairah atau libido. Selanjutnya, rangsangan ini menyebabkan inisiasi syaraf atau pengiriman sinyal ke penis.
Sinyal dari otak tersebut menimbulkan pelepasan zat kimia yang disebut nitrogen oksida di daerah dinding pembuluh darah penis. Zat ini akan mengaktifkan enzim guanilat siklase yang kemudian akan menghidrolisis guanisin trifosfat (GTP) menjadi siklik guanisin monofosfat (cGMP).
"Dengan suatu rangkaian fisiologis tertentu, senyawa ini menyebabkan otot polos dalam pembuluh darah penis menjadi rileks, sehingga menyebabkan terjadinya ereksi. Jadi saat proses ereksi, aliran darah mulai mengisi rongga-rongga bagian penis yang disebut korpora kavernosa. Ereksi puncak terjadi ketika rongga-rongga ini sudah terisi penuh dengan darah," ungkapnya.
Mekanisme ereksi terdiri dari beberapa fase. Tahapan ini dimulai dari fase permulaan dalam keadaan masih lemas (flasid), fase pengisian darah, fase tumesensi (pembesaran), fase ereksi (tegak), hingga fase rigid (tegak dan keras).
Setelah itu penis kemudian sampai pada fase detumensensi (pelemasan kembali). Untuk fase pelemasan penis ini, kata Nugroho, tubuh juga menghasilkan senyawa penghantar lain yang disebut PDE5. "Enzim inilah yang menyebabkan cGMP pecah sehingga mengurangi aliran darah ke daerah penis. " ungkap dokter yang juga berpraktik di Rumah Sakit Internasional Bintaro ini.
Begitu rumitnya mekanisme yang menyebabkan proses ereksi ini, kelebihan atau kekurangan suatu zat ataupun fungsi suatu organ dapat menyebabkan seorang pria mengalami disfungsi ereksi atau impotensi.
Para ahli telah menciptakan PDE5-inhibitor yang menghalangi pemecahan cGMP oleh enzim PDE5. PDE5-inhibitor seperti sildenafil atau Viagra adalah jenis obat yang diklaim dapat mempertahankan ereksi yang terjadi. Sildenafil akan menghambat atau menghancurkan enzim PDE5 yang merusak cGMP. sehingga memungkinkan pria penderita DE untuk mencapai dan mempertahankan ereksi./Asep Candra/ Kompas