SEBENARNYA gairah seksual yang kadang atau seringkali timbul merupakan hal yang manusiawi dan alami sekali. Tapi bagi mereka yang hidupnya masih melajang masalah tersebut kerap kali menjadi persoalan. Hal itu terjadi karena umumnya banyak kalangan muda yang masih belum mengerti bagaimana cara mengolah seks dengan baik, sehingga banyak terjadi penyelewengan dan bahkan jiwanya terganggu.
Menurut sebagian besar dokter ahli yang mendalami seksologi ataupun para pakar seks, ada tiga solusi mengenai masalah seks ini. Yaitu mengikuti, menghindar dan menolak keinginan dan gejolak seks yang seringkali datang tanpa mengenal waktu, situasi dan kondisi itu. Dengan syarat semuanya itu hendaknya dilakukan secara rasional dan bijak.
Pada kenyataannya seks itu sangatlah kompleks. Pengertian masing-masing orang berbeda maupun cara mengendalikannya. Aktivitas seks wajar dan alamiah bagi setiap orang, tapi karena kondisi seseorang seperti misalnya latarbelakang pendidikan, pola pikir dan intelegensia setiap orang berbeda maka aktivitas seks menjadi kompleks. Sedangkan gairah dan keinginan seksual bisa muncul kapan dan di mana saja. Gairah tersebut muncul disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti dari pancaindera manusia.
Pancaindera merupakan bagian yang sangat peka terhadap rangsangan dari luar. Misalnya seseorang bisa terangsang bila mencium bau-an yang khas, atau bila bersentuhan, atau bila melihat gambar/foto atau bila seorang pria melihat wanita yang bertubuh seksi, dan lain sebagainya. Begitu pula sebaliknya, pria ataupun wanita bisa dengan mudah terangsang bila melihat lawan jenis mereka yang berbadan seksi dan berotot untuk pria. Tetapi proses rangsangan seorang wanita tidak secepat laki-laki. Wanita terkenal sangat pandai menutupi hasrat dan keinginannya. Mereka memiliki ego yang tinggi dan cenderung untuk tidak memulai lebih dulu dan mempunyai sifat "menunggu". Tapi semuanya itu kembali lagi pada diri manusianya sendiri dalam arti semuanya itu dikendalikan oleh akal dan budi.
Tentu saja tidak semua gairah yang datang kita ikuti. Bagi pria-wanita yang sudah berstatus suami-istri bukanlah suatu masalah. Mereka bisa dengan mudah melampiaskannya secara wajar dan sah. Tapi bukan berarti mereka bebas melampiaskan keinginan seksualnya itu, mereka juga harus mempertimbangkan kondisi fisik dan psikis yang harus dalam keadaan baik dan siap agar kualitas hubungan seksual itu baik.
Tapi bagaimana dengan mereka yang masih melajang? Banyak dari mereka yang masih melajang melampiaskan keinginan seksualnya pada orang yang bukan pasangannya, bukankan itu suatu penyelewengan ?
Cara yang pertama adalah menghindar. Dengan cara mengalihkan pikiran ke hal lain atau menyibukkan diri seperti bekerja, olahraga atau kegiatan lain yang bisa menghilangkan keinginan tersebut.
Cara kedua yaitu menolak. Lebih spesifik dari menghindar. Yaitu dengan melawan keinginan itu, tapi perlu kita ingat bahwa sumber pengendalian adalah pikiran dan hati. Maka dibutuhkan pendekatan spiritual yaitu berdoa dan shalat.
Cara yang terakhir yaitu melampiaskan atau mengikuti keinginan itu. Ada cara unik mengikuti keinginan seks pada diri kita sendiri tanpa bantuan orang lain. Dengan kita menghindar dan menolak keinginan itu maka otomatis kita memendamnya. Pendaman gairah lama kelamaan akan menggebu-gebu dan terbendung tinggi, dan bila sudah tidak terbendung lagi -- dan rasanya sangat hebat sekali -- pasti akan meledak. Bila tetap tidak tersalurkan maka efeknya seseorang akan mudah marah, stres, dan sebagainya. Bila seorang pria dapat bertahan maka ia akan "mimpi basah" di mana sperma yang terkumpul lama-kelamaan akan bertambah dan bertambah banyak dan akhirnya keluar sendiri. Karena wanita tidak mimpi basah, maka apabila wanita sampai "bermimpi", maka ia sudah terlepas dari gairah seksualnya itu dan sekali lagi, umumnya wanita dapat mengendalikan dirinya.
Sebenarnya pelampiasan seks pada diri sendiri pada intinya adalah tindakan yang dilakukan oleh diri sendiri untuk memuaskan dan melampiaskan gairah seksualnya. Hal ini jamak dan biasa dilakukan oleh pria dan wanita yang masih melajang. Pada wanita disebut masturbasi dan pada pria disebut onani.
Pelampiasan seks semacam ini bisa dilakukan dengan atau tanpa bantuan alat khusus yang sekarang ini banyak dijual. Bila tidak, kebanyakan para kawula muda sekarang melakukannya dengan bantuan jari-jemari tangannya sendiri untuk mencapai kepuasan.
Banyak pendapat bahwa pemuasan seks dengan diri sendiri tidak sehat, jadi bagaimanakah sebenarnya?
Pendapat seperti ini memang banyak sekali dipertanyakan karena banyak kaum muda cenderung melakukan seks seperti ini. Pada dasarnya bila dilakukan secara proporsional dan higienis, tentu saja tidak ada kata tidak sehat dalam pemenuhan kebutuhan seks seperti ini. Maka bila mereka menggunakan alat bantu, para ahli seks dan dokter-dokter seksologi menyarankan agar hendaknya mereka menggunakan alat yang lembut dan halus untuk menghindari kerusakan atau luka pada alat vital. Tapi bila melakukan dengan bantuan jemari tangan, hendaknya tangan dicuci dulu sebersih-bersihnya. Tapi untuk wanita yang masih suci, sekali lagi disarankan agar melakukan dengan sangat hati-hati untuk mengurangi resiko rusak atau robeknya selaput dara.
Masih soal kasus pelampiasan seks dengan diri sendiri. Ternyata banyak orang yang meskipun sudah mempunyai pasangan tapi masih melakukan hal seperti ini. Itu merupakan salah satu ketidakpuasan seseorang pada pasangannya dan bisa jadi orang tersebut belum mencapai orgasme. Kasus seperti ini seringkali terjadi, terutama pada wanita yang diam-diam seringkali melampiaskan nafsu seksnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Bila terjadi pada pasangan suami-istri, maka akar permasalahannya adalah tidak adanya komunikasi, dan sudah seharusnya dan sepantasnya dibicarakan secara terbuka. Karena bila tidak, efek negatifnya yaitu terjadi perselingkuhan.
Umumya gairah seks muncul pada saat seseorang memasuki masa pubertas, seseorang akan dengan sangat mudah terpengaruh pada lingkungan sekitar. Maka sejak awal bila tidak ada pendidikan seks yang baik dan benar maka dengan mudah pengaruh negatif akan menjalar di tubuhnya. Gairah tersebut biasanya akan semakin menggebu-gebu dan cenderung tidak terkendali pada usia antara 20 hingga 27 tahun. Pada usia 35 tahun ke atas seseorang umumnya sudah dapat mengendalikan diri. Sebenarnya pada usia menopause pun gairah seksual seperti ini bisa saja timbul, tapi pasti siklusnya akan menurun. Tidak seperti pria yang walaupun sudah menopause tapi gairah seksualnya akan tetap menggebu-gebu seperti muda dulu, hanya vitalitas dan kemampuannya saja yang menurun.
Jadi cara paling baik bila seseorang dapat mengendalikan dirinya yaitu dengan kembali pada individu masing-masing. Ketiga, yaitu cara menghindar, menolak ataupun mengikuti tidak dapat dipaksakan karena tingkat intelegensia dan intelektual tiap-tiap orang berbeda.Tapi meskipun agama tidak melarang, namun sebaiknya cara menghindar dan menolaklah yang sebaiknya dilakukan. Sebab cara-cara tersebut lebih sehat ketimbang mengikutinya dan melakukan seks sendiri.