Buah naga atau Heloserkus Undatus terbilang buah yang baru dikenal di Indonesia. Buah yang berasal dari Meksiko ini terkenal mujarab menurunkan kadar gula darah dan kolesterol. Dan kini buah naga mulai dikembangkan di tanah air, serta memiliki peluang besar untuk disebarluaskan.
Buah naga atau biasa disebut Dragon Fruit, di Indonesia masih sangat jarang dijumpai. Selain karena masih sedikit yang menanamnya, juga disebabkan tanaman ini masih tergolong jenis tanaman baru.
Kini buah naga mulai digemari, terutama mereka yang mengetahui khasiatnya. Yakni menurunkan kadar gula darah dan mengurangi kolesterol. Buah naga termasuk dalam keluarga tanaman kaktus dengan karakteristik memiliki duri pada setiap ruas batangnya.
Aslinya berasal dari Meksiko, Amerika Selatan. Kono disebut buah naga, karena seluruh batangnya yang menjulur panjang seperti layaknya naga. Dalam perkembangannya, tanaman ini kemudian dikembangkan di Israel, Thailand dan Australia.
Di Indonesia sendiri baru masuk sekitar tahun 2000 dan dibudidayakan untuk pertama kalinya oleh Joko Rainu Sigit, seorang warga Delangu, Klaten, Jawa Tengah.
Awalnya tidak mudah bagi Joko. Ia mendatangkan sekitar 250 benihtanaman ini dari Thailand. Selama 2 tahun, bibit-bibit tanaman buah naga yang ia tanam tidak jauh dari rumahnya, tidak kunjung membuahkan hasil.
Tapi setelah mempelajari karakteristik yang melekat pada tanaman ini, akhirnya upaya Joko untuk membudi dayakannya mulai tampak.Sepintas, tanaman buah naga ini tampak aneh, seperti kaktus tapi bisa dimakan. Dengan rasa yang manis dan segar. Sangat berbeda dengan kebanyakan keluarga tanaman kaktus lainnya yang berduri lebat dan tidak menghasilkan buah.
Keunikan lainnya, tanaman ini tidak memerlukan perawatan khusus sejak di tanam hingga menghasilkan buah. Tanaman buah naga hanya memerlukan media tanah, pasir dan pupuk organik atau pupuk kandang. Dan cocok ditanam di lahan kritis dengan kondisi air yang memilih. Curah hujan yang besar justru tidak menguntungkan bagi tamanan ini, karena bisa mengakibatkan kerusakan dan pembusukan.
Dari 4 jenis buah naga, buah naga daging putih paling banyak digemari dan diminati. Selain bentuk dan ukuran yang lebih besar dari 3 jenis buah naga lainnya, buah naga daging putih juga terasa lebih manis.Tidak hanya warga dari sekitar Klaten, Yogyakarta dan seluruh warga yang berminat merasakan segarnya buah ini. Tapi juga dari berbagai daerah lain seperti Jakarta, Makassar dan Surabaya.
Berawal dari budidaya, tanaman buah naga milik Joko Rainu Sigit ini kini menjadi ladang bisnisnya. Tidak hanya buahnya, tapi juga permintaan bibitnya melesat pesat. Joko mengaku investasi tanaman buah naga ini sudah mengalami titik impas atau break even point, 2 tahun setelah ditanam tahun 2000 silam.
Hampir setiap hari, proses pembudidayaan buah naga terus dilakukan. Dibantu beberapa orang, Joko Raino Sigit setiap saat melakukan penanaman bibit-bibit baru dengan cara stek batang atau sulurnya.Setiap bibit yang diambil dari sulur atau batang yang berbuah dipotong-potong dengan panjang minimal 20 atau 30 centimeter. Dan ditanam kedalam kantong tanaman atau poli bag yang telah terisi tanah, pasir, pupuk kandang dan komposisi satu banding satu banding sepertiga.
Setelah tumbuh akar pada bibit ini, maka tamanan buah naga siap dipasarkan dan ditanam di lahan yang cukup besar.
Cukup mengiurkan memang bisnis buah naga ini. Dalam tahun pertama, petani buah naga bisa memanen hasilnya. Rata-rata untuk 5 batang tamanan bisa menghasilkan 20 kilogram buah naga dan setiap kilogramnya dijual seharga 40 ribu rupiah.
Pada umumnya buah naga dikonsumsi dalam bentuk buah segar sebagai pelepas dahaga. Hal ini karena kandungan airnya yang sangat tinggi sekitar 90 an persen dari berat buah yang rata-rata mencapai 1/2 sampai 1 kilogram.
Rasanya juga cukup manis dan mengandung khasiat bagi kesehatan manusia. Antara lain untuk penyeimbang kadar gula darah, pencegah kanker, pelindung kesehatan mulut dan gejala keputihan.
Sebagai catatan, saat ini Vietnam dan Thailand merupakan pemasok buah naga terbesar di dunia. Namun permintaan yang bisa dipenuhi baru separuhnya. Sementara di pasar lokal, kendati masih sedikit, buah naga lokal juga sanggup bersaing dengan buah naga impor. Sebuah peluang usaha yang cukup menjanjikan. Sumber: Indosiar.com