IBU-ibu di kota besar Indonesia ternyata sudah cukup logis juga bilang kesepian ditinggal suami. Sebuah penelitian baru di Surabaya menunjukkan kalau ibu-ibu lebih memilih vibrator bila ditinggal suami dari pada berselingkuh.Dalam waktu kurang dari 11 minggu, mulai 10 April hingga 4 Juni 2005, empat mahasiswa yang kesemuanya perempuan itu melakukan penelitian dengan fokus lokasi di kawasan Jagir, Wonokromo, Plaza Tunjungan, dan Dinoyo. Selain mengemban tugas metodologi penelitian, mereka juga berupaya menguak tabir pemasaran alat seks dan mengetahui motif penggunanya.
”Senangnya, kami semakin tahu fenomena unik ini, termasuk keanehan-keanehan melihat banyaknya anggota masyarakat yang sepertinya happy menggunakan alat-alat seks. Dukanya, kami ini dikirain orang yang enggak-enggak,” kata Umiyanti Kristiana, satu dari empat peneliti itu. Tiga perempuan peneliti lainnya adalah Sri Astuti, Yunni Dhevie Hapsari, serta Evi Trisna Wulansari.
Menurut peneliti, (mereka ungkapkan ini dalam sebuah acara lesehan gaya Suroboyoan di hadapan sekitar 300 mahasiswa di Surabaya pekan lalu), banyak penjual atau toko di kawasan Jagir, Wonokromo, Plaza Tunjungan, dan Dinoyo yang berkedok toko obat atau kosmetik, padahal kebanyakan mereka menyediakan pula alat-alat vibrator (alat bantu seksual bagi wanita berbentuk kemaluan pria yang bisa bergetar).
Cukup sulit memperoleh responden pemakai alat-alat seks yang bersedia melayani penelitian ini karena rata-rata mereka tertutup dan malu-malu.
Pada akhirnya, mereka memperoleh 17 responden. Mereka yang terjaring berasal dari kalangan karyawati, ibu rumah tangga, pelajar serta mahasiswa. Hasilnya cukup mengejutkan lantaran pengguna terbanyak adalah ibu rumah tangga!
Dari beberapa pengakuan yang ditemukan, para ibu rumah tangga ini memakai vibrator saat suaminya dinas luar kota. Ada pula di antara mereka yang memakai alat ini karena bingung mencari alat pemuas setelah ditinggal suami.
Untuk mendapatkan vibrator, menurut pengakuan pengguna, biasanya mereka membeli di klub kebugaran, klub aerobik, dan ada juga yang membelinya di kios-kios alat kejantanan.
Mereka biasa menggunakannya di rumah, kos, dan ada pula di hotel. Menurut penelitian ini, motivasi mereka karena pasangannya tidak memberi kepuasan dan variasi dalam gaya seks.
Didampingi dosen pembimbingnya, Drs Tri Handoyo MSi dan Joko Budi Utomo sebagai pembanding, para mahasiswi ini menyarankan, ”Jika ingin dan sudah ngebet (berhasrat sekali), pakai saja yang asli. Maksud kami, nikah aja dulu sehingga bisa merasakan yang asli.(sumber:flexiland)