Kanker leher rahim (serviks) belakangan ini makin kerap dibicarakan,terlebih karena kanker ini menelan korban meninggal cukup banyak diIndonesia. Masuknya vaksin untuk mencegah kanker ini membuat kitasedikit bernapas lega, apalagi kesadaran untuk deteksi dini kanker,pap smear, makin tinggi. Meski begitu, pendidikan untuk pencegahantetap yang utama.
Kanker leher rahim, menurut catatan Kompas, menempati peringkatpertama kanker pada perempuan di Indonesia. Ada 15.000 kasus baru pertahun dengan kematian 8.000 orang per tahun. Angka harapan hidup limatahun jika kanker ini diketahui dan diobati pada stadium 1 adalah70-75 persen, pada stadium 2 adalah 60 persen, pada stadium 3 tinggal25 persen, dan pada stadium empat penderita sulit diharapkan bertahan(Kompas, 19/4).
Ivan R Sini, Direktur Teknologi dan Pengembangan Produk serta dokterahli obstetri ginekologi dari Rumah Sakit Bunda, mengatakan, 490.000perempuan di dunia setiap tahun didiagnosis terkena kanker yangdisebabkan oleh human papillomavirus (HPV) ini. Sebanyak 240.000 orangdi antaranya meninggal dunia.
"Di Australia, kanker ini jadi pembunuh nomor satu bagi perempuansejak 40 tahun terakhir," ujar Ivan dalam seminar "Women and CervicalCancer" yang diselenggarakan SOS International pekan lalu di Jakarta.
Ada banyak tipe HPV, yang berisiko rendah maupun tinggi. Sampai saatini telah teridentifikasi lebih dari 120 tipe HPV. HPV dengan risikorendah, misalnya HPV tipe 6 dan 11, sedangkan HPV risiko tinggimisalnya HPV tipe 16 dan 18. HPV risiko rendah "hanya" menyebabkankutil-kutil di sekitar kemaluan, termasuk anus. HPV risiko tinggilahyang menyebabkan kanker serviks.
Gejala kanker ini, yang pasti adalah pendarahan setelah intercourse,di antara jeda haid, atau setelah menopouse. Namun, Ivan menekankan,keberadaan HPV ini kerap tidak disertai gejala. "Kanker ini silentkiller, sebab sebagian besar justru enggak mengalami berbagai gejalaitu," ujar Ivan.
Perubahan sel
Lebih jauh soal kanker ini, Ivan menjelaskan, ada dua tipe sel dalamserviks, squamous dan glandular. Pertemuan dua sel di squamo-columnarjunction, bagian antara bibir luar dan dalam leher rahim, bisamengubah sel menjadi abnormal.
"Ini adalah bagian yang selalu berubah jika terjadi haid, mengandung,atau menopause. Di bagian ini, sel-sel berubah cepat dan bisa jadiabnormal. Sel-sel yang rusak itu berubah bentuk dan warna, danakhirnya menjadi tumor dan selanjutnya kanker yang mematikan," paparnya.
Kanker serviks makin ganas dari bulan ke bulan dan tahun ke tahun.Pada masa pra-kanker (setelah sel berubah menjadi abnormal), ada tigatahapan perubahan sel, cervical intraepithelial neoplasia (CIN) 1, CIN2, dan CIN 3. Setelah CIN 3, sel yang abnormal itu menjadi sangattebal dan akhirnya menjadi kanker.
"Jangan khawatir, kanker ini tidak serta-merta, dari terindikasi adavirus HPV hingga mencapai CIN 2 atau 3 jarak waktunya lima tahun.Maka, deteksi dini sangat penting," papar Ivan.
Pencegahan
HPV yang mengidapi seseorang sebenarnya 70 persen dapat dibersihkanmelalui sistem imunisasi alami dalam tubuh, namun 30 persennya punyakesempatan untuk terinfeksi. Seyogianya, mulailah mencegah sebelumkanker telanjur menggerogoti.
Yang terpenting adalah pendidikan. Didik diri sendiri untuk selaluberperilaku hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan yang kaya nutrisidan tidak merokok. Jagalah kebersihan diri dan lingkungan, misalnyabersihkan organ vital setiap saat dengan tisu atau mengganti celanadalam minimal dua kali sehari.
Pendidikan ini bisa diartikan lebih luas, misalnya pendidikan sekskepada remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Mengutip penelitianFakultas Kedokteran Universitas Indonesia beberapa waktu lalu, Ivanmenyebut 80 persen remaja di Jakarta (75 persen di Yogyakarta)melakukan aktivitas seksual sebelum menikah. Pendidikan mengenaikanker serviks untuk para remaja juga penting dilakukan.
"Perpindahan HPV melalui aktivitas seksual tidak hanya melalui sexualintercourse, namun juga genital-genital, manual-genital, danoral-genital," kata Ivan.
Sebaiknya memakai kondom sebelum berhubungan. Selain sebagai alatkontrasepsi, kondom juga untuk menjaga diri kalau-kalau alat vitaltidak benar-benar bersih. Langkah terbaru untuk pencegahan adalahvaksinasi. Saat ini, vaksin kanker serviks sudah tersedia di Indonesiameski belum semua rumah sakit atau klinik menyediakan.
Setelah pencegahan, langkah selanjutnya adalah deteksi dini melaluiberbagai cara, antara lain pap smear, tes DNA HPV. Pap smear yaknimengambil sel dari serviks, lalu diteliti dengan mikroskop untukdideteksi apakah sel masih normal atau sudah abnormal. Bagi yangmempunyai kegiatan seksual dan tidak menikah, pap smear sangat dianjurkan.
Langkah-langkah pencegahan dan deteksi dini sebaiknya dilakukansebelum memasuki tahap penyembuhan, seperti kemoterapi, radioterapi,hingga pembedahan. Berkonsultasilah ke dokter, baik untuk pencegahanmaupun deteksi dini.