Mike dan Julie Boyde telah berkencan selama dua tahun ketika akhirnya menikah dan memutuskan untuk melakukan hubungan seks tanpa kondom pertama kalinya pada sore itu. Namun, seketika itu juga, pengantin wanita menderita sakit yang tidak tertahankan. Belakangan, mereka akhirnya tahu itu karena sperma Mike.
Sekarang mereka terpaksa menunda rencana untuk mendapatkan bayi karena tampaknya tubuh Julie akan merusak sperma Mike. Mike (27) dan Julie (26) berasal dari Ambridge, Pennsylvania, Amerika Serikat. Mereka mulai berpacaran ketika masih menjadi mahasiswa dan bertunangan dua tahun kemudian. Mereka menikah tahun 2005.
Setelah melewati resepsi pernikahan, saat menikmati malam pertama mereka sebagai suami-istri, sesuatu yang buruk justru terjadi. "Sebelumnya kami selalu hati-hati dan menggunakan pelindung, kali ini kami tidak," ujar Julie. "Kami berpikir, kami telah menikah. Jika hamil, maka tidak apa-apa," lanjutnya.
Namun, mimpi pasangan itu untuk memiliki anak pupus sudah. Sekarang mereka berencana untuk mengadopsi. Namun, Julie menambahkan, "Ada baiknya juga bahwa saya akhirnya tahu itu bukan karena kehamilan karena rasanya sangat menderita."
"Sakit yang saya rasakan itu di dalam. Rasanya sama seperti seseorang sedang menusuk-nusukkan jarum ke dalam tubuh saya, seperti terbakar saja rasanya. Itu sangat menakutkan. Sakitnya berlangsung selama berminggu-minggu," kata Julie.
"Dalam skala satu sampai 10, itu adalah 10," katanya untuk melukiskan rasa sakit yang dialaminya.
Setelah sejumlah tes dan kunjungan ke dokter, pasangan itu akhirnya diberi tahu bahwa Julie menderita hipersensitif plasma seminal (seminal plasma hypersensitivity). Dokter Andrew Goldstein mengatakan, "Tubuhnya mengenal sperma sebagai satu protein asing, sama seperti dia mengenal sebuah kacang penyebab alergi atau sebuah serbuk sari sehingga tubuh jadi bengkak, terasa gatal, dan urat saraf meradang. (Sakit) itu berarti bahwa tubuh Julie menyerang sperma Mike, membuatnya menjadi tidak aktif."
Temuan itu memupuskan rencana Julie untuk hamil. Sekarang, setelah sebuah treatment yang gagal, mereka berencana untuk mengadopsi.(Kompas,Kamis, 5 November 2009)