Penganiayaan Anak adalah penyiksaan fisik maupun mental atau penganiayaan seksual pada seorang anak.
Penelantaran Anak adalah tidak menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal maupun kasih sayang yang cukup bagi seorang anak.
Sekitar 25% kasus penganiayaan dan penelantaran terjadi pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun.
Penelantaran anak 10-15 kali lebih sering ditemukan dan 12 kali lebih sering terjadi pada anak-anak dari keluarga miskin.
PENYEBAB
Penganiayaan anak bisa terjadi jika orang tua atau pengasuhnya tidak dapat mengendalikan emosinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya pengendalian emosi tersebut adalah:
# Orang tua mungkin memiliki masalah psikis, seperti gangguan kepribadian atau harga diri yang rendah, atau orang tua merupakan pecandu obat-obatan/alkohol
# Anak yang mengalami penganiayaan berbeda dengan anak lainnya (rewel, sangat tergantung, hiperaktif atau cacat)
# Kurangnya dukungan emosional dari keluarga, tetangga atau teman
# Krisis dalam keluarga (misalnya orang tua kehilangan uang/pekerjaan).
Penelantaran anak seringkali terjadi pada keluarga yang memiliki banyak masalah.
Kecanduan obat atau alkohol maupun penyakit menahun bisa menyebabkan kesulitan keuangan sehingga pemberian makan, perawatan dan perhatian kepada anak berkurang.
GEJALA
Penganiayaan bisa menyebabkan perubahan perilaku yang jelas pada anak maupun pelaku penganiayaan. Misalnya, ayah/ibu tampak tidak acuh meskipun anaknya jelas-jelas telah mengalami cedera. Orang tua mungkin enggan menjelaskan kepada dokter atau keluarganya bagaiman cedera itu bisa terjadi dan penjelasan yang diberikan orang tua setiap kali berubah-ubah. Cedera yang terjadi tampak ganjil jika dilihat dari usia anak.
Seorang anak yang sering mengalami penganiayaan fisik bisa memiliki tanda-tanda cedera lama dan baru. Sering ditemukan memar, luka bakar, bilur-bilur atau kulit yang tergores.
Luka bakar karena rokok atau siraman air panas sering ditemukan pada lengan atau tungkai. Mungkin telah terjadi cedera berat di dalam mulut, mata, otak atau organ dalam lainnya, tetapi tidak tampak dari luar. Mungkin juga telah terjadi patah tulang.
Seorang anak yang mengalami penganiayaan seksual, mungkin akan mengalami kesulitan dalam berjalan dan duduk karena adanya cedera fisik. Bisa terjadi infeksi saluran kemih, keputihan atau penyakit menular seksual.
Jarang ditemukan cedera fisik, tetapi anak menjadi rewel atau menjadi penakut atau tidurnya tidak tenang, sering terbangun.
Mungkin akan sulit untuk mendapatkan bukti dari anak, karena biasanya mereka diancam jika menceritakan apa yang telah terjadi kepada orang lain.
Seorang anak yang ditelantarkan bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi), lemas atau kotor atau pakaiannya tidak layak.
Pada kasus yang berat, anak mungkin tinggal seorang diri atau dengan saudara kandungnya tanpa pengawasan dari orang dewasa.
Anak yang ditelantarkan bisa meninggal akibat kelaparan.
DIAGNOSA
Kecepatan perkembangan fisik maupun emosional dari seorang anak yang dianiaya atau ditelantarkan seringkali tidak normal.
Bayi yang mengalami kekurangan kasih sayang dari orang tuanya tampak tidak peka atau tidak menunjukkan ketertarikan terhadap lingkungannya. Mungkin terjadi gangguan pada kemampuan sosial dan bahasanya karena mereka kurang mendapatkan perhatian.
Seorang anak mungkin menunjukkan sikap curiga, tidak tegas dan sangat gelisah.
Anak yang lebih tua sering bolos sekolah atau prestasinya di sekolah kurang baik. Mereka mungkin mengalami masalah dalam membentuk hubungan dengan teman-teman maupun guru di sekolahnya.
PENGOBATAN
Seorang anak yang ditelantarkan atau dianiaya mungkin perlu dirawat di rumah sakit.
Dilakukan penanganan tertentu sesuai dengan keadaan anak.
Penelantaran Anak adalah tidak menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal maupun kasih sayang yang cukup bagi seorang anak.
Sekitar 25% kasus penganiayaan dan penelantaran terjadi pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun.
Penelantaran anak 10-15 kali lebih sering ditemukan dan 12 kali lebih sering terjadi pada anak-anak dari keluarga miskin.
PENYEBAB
Penganiayaan anak bisa terjadi jika orang tua atau pengasuhnya tidak dapat mengendalikan emosinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya pengendalian emosi tersebut adalah:
# Orang tua mungkin memiliki masalah psikis, seperti gangguan kepribadian atau harga diri yang rendah, atau orang tua merupakan pecandu obat-obatan/alkohol
# Anak yang mengalami penganiayaan berbeda dengan anak lainnya (rewel, sangat tergantung, hiperaktif atau cacat)
# Kurangnya dukungan emosional dari keluarga, tetangga atau teman
# Krisis dalam keluarga (misalnya orang tua kehilangan uang/pekerjaan).
Penelantaran anak seringkali terjadi pada keluarga yang memiliki banyak masalah.
Kecanduan obat atau alkohol maupun penyakit menahun bisa menyebabkan kesulitan keuangan sehingga pemberian makan, perawatan dan perhatian kepada anak berkurang.
GEJALA
Penganiayaan bisa menyebabkan perubahan perilaku yang jelas pada anak maupun pelaku penganiayaan. Misalnya, ayah/ibu tampak tidak acuh meskipun anaknya jelas-jelas telah mengalami cedera. Orang tua mungkin enggan menjelaskan kepada dokter atau keluarganya bagaiman cedera itu bisa terjadi dan penjelasan yang diberikan orang tua setiap kali berubah-ubah. Cedera yang terjadi tampak ganjil jika dilihat dari usia anak.
Seorang anak yang sering mengalami penganiayaan fisik bisa memiliki tanda-tanda cedera lama dan baru. Sering ditemukan memar, luka bakar, bilur-bilur atau kulit yang tergores.
Luka bakar karena rokok atau siraman air panas sering ditemukan pada lengan atau tungkai. Mungkin telah terjadi cedera berat di dalam mulut, mata, otak atau organ dalam lainnya, tetapi tidak tampak dari luar. Mungkin juga telah terjadi patah tulang.
Seorang anak yang mengalami penganiayaan seksual, mungkin akan mengalami kesulitan dalam berjalan dan duduk karena adanya cedera fisik. Bisa terjadi infeksi saluran kemih, keputihan atau penyakit menular seksual.
Jarang ditemukan cedera fisik, tetapi anak menjadi rewel atau menjadi penakut atau tidurnya tidak tenang, sering terbangun.
Mungkin akan sulit untuk mendapatkan bukti dari anak, karena biasanya mereka diancam jika menceritakan apa yang telah terjadi kepada orang lain.
Seorang anak yang ditelantarkan bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi), lemas atau kotor atau pakaiannya tidak layak.
Pada kasus yang berat, anak mungkin tinggal seorang diri atau dengan saudara kandungnya tanpa pengawasan dari orang dewasa.
Anak yang ditelantarkan bisa meninggal akibat kelaparan.
DIAGNOSA
Kecepatan perkembangan fisik maupun emosional dari seorang anak yang dianiaya atau ditelantarkan seringkali tidak normal.
Bayi yang mengalami kekurangan kasih sayang dari orang tuanya tampak tidak peka atau tidak menunjukkan ketertarikan terhadap lingkungannya. Mungkin terjadi gangguan pada kemampuan sosial dan bahasanya karena mereka kurang mendapatkan perhatian.
Seorang anak mungkin menunjukkan sikap curiga, tidak tegas dan sangat gelisah.
Anak yang lebih tua sering bolos sekolah atau prestasinya di sekolah kurang baik. Mereka mungkin mengalami masalah dalam membentuk hubungan dengan teman-teman maupun guru di sekolahnya.
PENGOBATAN
Seorang anak yang ditelantarkan atau dianiaya mungkin perlu dirawat di rumah sakit.
Dilakukan penanganan tertentu sesuai dengan keadaan anak.