Gangguan somatoform meliputi beberapa gangguan kesehatan mental dimana orang melaporkan gejala-gejala fisik atau keprihatinan yang diduga tetapi tidak dijelaskan oleh gangguan fisik atau melaporkan merasa cacat pada penampilan. Gejala-gejala atau keprihatinan ini menyebabkan gangguan yang berarti atau berhubungan dengan fungsi sehari-hari.
Gangguan somatoform secara relatif adalah istilah baru untuk apa yang orang banyak gunakan untuk merujuk sebagai gangguan psikosomatik. Pada gangguan somatoform, gejala-gejala fisik tidak dapat dijelaskan oleh penyakit fisik mendasar apapun. Pada beberapa kasus gangguan somatoform, sebuah penyakit fisik yang hadir yang bisa menjelaskan peristiwa tersebut tetapi bukan keras atau lamanya gejala-gejala fisik tersebut. orang dengan gangguan somatoform tidak benar-benar tampak sakit, mereka sesungguhnya meyakini bahwa mereka mengalami masalah fisik serius.
Münchausen syndrome : Penyakit Palsu yang perlu diperhatikan
Sindrom munchausen bukan gangguan somatoform, tetapi cirri-cirinya agak serupa pada gejala-gejala fisik kesehatan mental mendasar. Kuncinya berbeda bahwa orang dengan sindrom munchausen dengan sadar berpura-pura mengalami gejala-gejala pada gangguan fisik. Mereka berulangkali berpura-pura sakit dan seringkali berkeliling dari rumah sakit ke rumah sakit untuk pengobatan.
Meskipun begitu, sindrom munchausen lebih kompleks dibandingkan melakukan kebohongan sederhana dan meniru gejala-gejala. Gangguan tersebut digabungkan dengan masalah emosi berat. Orang dengan gangguan ini biasanya cukup pintar dan banyak akal ; mereka tidak hanya tahu bagaimana meniru penyakit-penyakit tetapi juga canggih mengenai praktek kesehatan. Mereka bisa memanipulasi perhatian mereka untuk diopname dan diperlakukan terhadap tes dan pengobatan yang intens, termasuk operasi besar. Kebohongan mereka adalah disadari, tetapi motivasi dan keinginan mereka untuk diperhatikan sangat tidak disadari.
Munchausen terwakilkan adalah jenis yang aneh pada sindrom munchausen dimana seorang anak digunakan sebagai perwakilan pasien, biasanya oleh orangtua. Orangtua memalsukan riwayat medis anak tersebut dan bisa melukai anak tersebut dengan obat-obatan atau menambahkan darah atau bakteri pengkontaminasi pada contoh urin, semuanya sebagai upaya untuk penyakit pura-pura. Motivasi tersebut mendasari beberapa tingkah laku aneh yang muncul untuk keperluan patologi untuk diperhatikan dan untuk intensitas hubungan dengan anak tersebut.
Apakah Gangguan Psikomatik
Istilah gangguan psychosomatic biasanya dipakai ketika seseorang memiliki gejala-gejala fisik yang tampak menjadi penyebab atau memperburuk faktor psikologi, lebih daripada beberapa penyakit fisik yang mendasari. Hal ini tidak menyatakan secara langsung, meskipun begitu, bahwa gejala-gejala fisik dikhayalkan atau dibuat-buat (seperti pada sindrom munchausen); gejala-gejala tersebut secara nyata akan dialami oleh orang tersebut. dengan demikian, gangguan psikosomatik memerlukan faktor psikologi dan gejala-gejala fisik menjadi konsisten dan berhubungan erat dengan waktu.
Tidak seperti gangguan somatoform, gangguan psikosomatik tidak sesuai kedalam kelompok diagnosa khusus, dan mereka bermanifestasi ke berbagai cara. ‘sosial dan stress psikologi bisa juga menimbulkan sebuah variasi luas pada penyakit fisik , termasuk diabetes melitu, penyakit pembuluh koroner, dan asma.
Stress bisa menyebabkan gejala-gejala fisik bahkan ketika tidak terdapat penyakit fisik. Misal, pinggul bisa mengalami pada keseluruhan reaksi psikologi. Pada beberapa kasus, gejala-gejala fisik dihasilkan dari reaksi ototmatis tubuh terhadap gangguan emosional, seperti ketika denyut jantung dan tekanan darah meningkat dalam reaksi terhadap takut. Pada kasus lainnya, gejala-gejala psikologi menjadi gejala-gejala fisik pada usaha yang tidak disadari untuk mengalihkan perhatian dari masalah emosional yang menyusahkan.
Kadangkala gejala-gejala fisik adalah sebuah metafora untuk masalah psikologi orang tersebut, seperti ketika seseorang dengan ‘patah hati’ mengalami nyeri pada dada. Lain waktu, gejala-gejala fisik merefleksikan identifikasi dengan nyeri orang lain. Misal, seseorang bisa mengalami nyeri dada setelah seorang anggota keluarga atau teman telah mengalami serangan jantung. Akhirnya, gejala psikologi bisa menjadi gejala fisik sebagimana cara mengalami kembali sebuah gejala pada gangguan fisik sebelumnya. Misal, seseorang pernah mengalami patah tulang yang menyakitkan bisa kembali mengalami bahwa jenis nyeri tulang ketika gejala psikologi menjadi nyeri tulang. Gejala-gejala fisik yang meningkat dari gejala-gejala fisik cenderung menjadi ringan dan sementara waktu saja. Proses pada gejala-gejala psikologi tersebut menjadi gejala-gejala fisik bisa mempengaruhi orang yang tidak mengalami gangguan kesehatan mental yang mendasari. Siapa saja bisa mengalami proses ini. gejala-gejala yang dihasilkan bisa sulit untuk didiagnosa seorang dokter, dan seseorang kemungkinan mengalami tes diagnosa bermacam-macam untuk menghilangkan kemungkinan gangguan fisik yang mendasarinya.
Faktor-faktor psikologi bisa juga tidak secara langsung mempengaruhi bagian pada sebuah penyakit. Misalnya, seseorang dengan tekanan darah tinggi bisa menolak memilikinya atau menolak hal itu adalah serius. Penolakan adalah sebuah mekanisme pertahanan yang membantu mengurangi kegelisahan. Meskipun begitu, penolakan bisa mencegah seseorang mentaati pengobatan. Pada kasus ini, orang dengan tekanan darah tinggi bisa gagal untuk melakukan pengobatan yang diresepkan, dengan demikian memperburuk keadaan tersebut. dan sebaliknya, penyakit fisik bisa menyebabkan kondisi psikologi. Misal, orang dengan gangguan fisik yang mengancam nyawa, berulang, atau kronis umunya menjadi tertekan. Tekanan tersebut, sebaliknya, memperburuk efek pada penyakit fisik.
Gangguan somatoform secara relatif adalah istilah baru untuk apa yang orang banyak gunakan untuk merujuk sebagai gangguan psikosomatik. Pada gangguan somatoform, gejala-gejala fisik tidak dapat dijelaskan oleh penyakit fisik mendasar apapun. Pada beberapa kasus gangguan somatoform, sebuah penyakit fisik yang hadir yang bisa menjelaskan peristiwa tersebut tetapi bukan keras atau lamanya gejala-gejala fisik tersebut. orang dengan gangguan somatoform tidak benar-benar tampak sakit, mereka sesungguhnya meyakini bahwa mereka mengalami masalah fisik serius.
Münchausen syndrome : Penyakit Palsu yang perlu diperhatikan
Sindrom munchausen bukan gangguan somatoform, tetapi cirri-cirinya agak serupa pada gejala-gejala fisik kesehatan mental mendasar. Kuncinya berbeda bahwa orang dengan sindrom munchausen dengan sadar berpura-pura mengalami gejala-gejala pada gangguan fisik. Mereka berulangkali berpura-pura sakit dan seringkali berkeliling dari rumah sakit ke rumah sakit untuk pengobatan.
Meskipun begitu, sindrom munchausen lebih kompleks dibandingkan melakukan kebohongan sederhana dan meniru gejala-gejala. Gangguan tersebut digabungkan dengan masalah emosi berat. Orang dengan gangguan ini biasanya cukup pintar dan banyak akal ; mereka tidak hanya tahu bagaimana meniru penyakit-penyakit tetapi juga canggih mengenai praktek kesehatan. Mereka bisa memanipulasi perhatian mereka untuk diopname dan diperlakukan terhadap tes dan pengobatan yang intens, termasuk operasi besar. Kebohongan mereka adalah disadari, tetapi motivasi dan keinginan mereka untuk diperhatikan sangat tidak disadari.
Munchausen terwakilkan adalah jenis yang aneh pada sindrom munchausen dimana seorang anak digunakan sebagai perwakilan pasien, biasanya oleh orangtua. Orangtua memalsukan riwayat medis anak tersebut dan bisa melukai anak tersebut dengan obat-obatan atau menambahkan darah atau bakteri pengkontaminasi pada contoh urin, semuanya sebagai upaya untuk penyakit pura-pura. Motivasi tersebut mendasari beberapa tingkah laku aneh yang muncul untuk keperluan patologi untuk diperhatikan dan untuk intensitas hubungan dengan anak tersebut.
Apakah Gangguan Psikomatik
Istilah gangguan psychosomatic biasanya dipakai ketika seseorang memiliki gejala-gejala fisik yang tampak menjadi penyebab atau memperburuk faktor psikologi, lebih daripada beberapa penyakit fisik yang mendasari. Hal ini tidak menyatakan secara langsung, meskipun begitu, bahwa gejala-gejala fisik dikhayalkan atau dibuat-buat (seperti pada sindrom munchausen); gejala-gejala tersebut secara nyata akan dialami oleh orang tersebut. dengan demikian, gangguan psikosomatik memerlukan faktor psikologi dan gejala-gejala fisik menjadi konsisten dan berhubungan erat dengan waktu.
Tidak seperti gangguan somatoform, gangguan psikosomatik tidak sesuai kedalam kelompok diagnosa khusus, dan mereka bermanifestasi ke berbagai cara. ‘sosial dan stress psikologi bisa juga menimbulkan sebuah variasi luas pada penyakit fisik , termasuk diabetes melitu, penyakit pembuluh koroner, dan asma.
Stress bisa menyebabkan gejala-gejala fisik bahkan ketika tidak terdapat penyakit fisik. Misal, pinggul bisa mengalami pada keseluruhan reaksi psikologi. Pada beberapa kasus, gejala-gejala fisik dihasilkan dari reaksi ototmatis tubuh terhadap gangguan emosional, seperti ketika denyut jantung dan tekanan darah meningkat dalam reaksi terhadap takut. Pada kasus lainnya, gejala-gejala psikologi menjadi gejala-gejala fisik pada usaha yang tidak disadari untuk mengalihkan perhatian dari masalah emosional yang menyusahkan.
Kadangkala gejala-gejala fisik adalah sebuah metafora untuk masalah psikologi orang tersebut, seperti ketika seseorang dengan ‘patah hati’ mengalami nyeri pada dada. Lain waktu, gejala-gejala fisik merefleksikan identifikasi dengan nyeri orang lain. Misal, seseorang bisa mengalami nyeri dada setelah seorang anggota keluarga atau teman telah mengalami serangan jantung. Akhirnya, gejala psikologi bisa menjadi gejala fisik sebagimana cara mengalami kembali sebuah gejala pada gangguan fisik sebelumnya. Misal, seseorang pernah mengalami patah tulang yang menyakitkan bisa kembali mengalami bahwa jenis nyeri tulang ketika gejala psikologi menjadi nyeri tulang. Gejala-gejala fisik yang meningkat dari gejala-gejala fisik cenderung menjadi ringan dan sementara waktu saja. Proses pada gejala-gejala psikologi tersebut menjadi gejala-gejala fisik bisa mempengaruhi orang yang tidak mengalami gangguan kesehatan mental yang mendasari. Siapa saja bisa mengalami proses ini. gejala-gejala yang dihasilkan bisa sulit untuk didiagnosa seorang dokter, dan seseorang kemungkinan mengalami tes diagnosa bermacam-macam untuk menghilangkan kemungkinan gangguan fisik yang mendasarinya.
Faktor-faktor psikologi bisa juga tidak secara langsung mempengaruhi bagian pada sebuah penyakit. Misalnya, seseorang dengan tekanan darah tinggi bisa menolak memilikinya atau menolak hal itu adalah serius. Penolakan adalah sebuah mekanisme pertahanan yang membantu mengurangi kegelisahan. Meskipun begitu, penolakan bisa mencegah seseorang mentaati pengobatan. Pada kasus ini, orang dengan tekanan darah tinggi bisa gagal untuk melakukan pengobatan yang diresepkan, dengan demikian memperburuk keadaan tersebut. dan sebaliknya, penyakit fisik bisa menyebabkan kondisi psikologi. Misal, orang dengan gangguan fisik yang mengancam nyawa, berulang, atau kronis umunya menjadi tertekan. Tekanan tersebut, sebaliknya, memperburuk efek pada penyakit fisik.