Wanita yang rutin mamografi tidak berarti terbebas dari risiko terkena kanker payudara stadium lanjut. Apalagi jika ia kelebihan berat badan atau obesitas.
Kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas menjadi epidemi dunia yang kian mengkhawatirkan. Data pemerintah Amerika menyebutkan, sekitar 2/3 penduduk Amerika usia dewasa saat ini mengalami kelebihan berat badan maupun obesitas. Padahal, obesitas adalah biang dari beragam penyakit.
Sebuah penelitian tentang pengaruh obesitas terhadap risiko kanker payudara baru-baru ini diharapkan juga dapat membuka mata kaum wanita. Artinya, tidak ada manfaat positif memiliki badan kelewat subur. Penelitian yang digagas Dr Karla Kerlikowske dan timnya dari the Women Veterans' Comprehensive Health Center di San Francisco Veterans Affairs (VA) Medical Center, tersebut berupaya mencari tahu hubungan antara bobot badan berlebih dengan peningkatan risiko kanker payudara pada wanita pascamenopause.
Selama kurun 9 tahun (1996-2005), Kerlikoswke dan timnya menganalisis 614.562 data mamografi (skrining payudara) dari 287.115 wanita pascamenopause yang tidak menjalani terapi sulih hormon (TSH). Berdasarkan data tersebut, diketahui hanya dalam jangka 12 bulan uji mamografi, sebanyak 4.446 wanita terdiagnosis kanker payudara.
Dulu, peneliti menduga peningkatan risiko kanker payudara pada wanita obesitas disebabkan mereka tidak melakukan skrining secara adekuat, atau dikarenakan sel tumor yang sulit dideteksi saat mamografi akibat timbunan lemak yang banyak. Namun, nyatanya hal tersebut tidak terbukti.
"Kami dapat menunjukkan bahwa tumor payudara pada wanita overweight dan obesitas itu mudah dideteksi. Karena itu, berkembangnya penyakit pada dua kelompok wanita tersebut bukan disebabkan tumor yang luput terdeteksi saat tes mammogram," sebut Kerlikowske yang menjabat ketua tim penulis dalam laporan penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the National Cancer Institute bulan ini.
Dia mengungkapkan, kendati para wanita dengan bobot berlebih itu telah melakukan skrining dengan baik, risiko terkena kanker payudara tetap lebih tinggi. "Dibandingkan populasi wanita dengan berat badan normal, risiko kanker payudara stadium lanjut meningkat 10 persen-35 persen pada wanita overweight dan 56 persen-82 persen pada wanita obesitas, " sebutnya.
Mengenai peran kegemukan dalam memicu kanker payudara, peneliti menduga hal ini terkait aspek hormon estrogen yang merupakan hormon terpenting wanita. "Penjelasannya adalah bahwa bobot badan berlebih dapat meningkatkan sirkulasi estrogen, yang juga dapat memicu pertumbuhan tumor," ujar Kerlikowske yang pernah melakukan penelitian terhadap wanita pascamenopause yang menjalani TSH dan menemukan adanya peningkatan risiko kanker payudara.
Lebih lanjut dia menegaskan, temuan ini sekaligus menyimpulkan makin obesitas seorang wanita, makin tinggi pula risiko terkena kanker payudara. Artinya, kelebihan berat badan itu sendiri dianggap sebagai faktor risiko yang dapat menaikkan risiko seorang wanita terkena kanker payudara.
Meski demikian, kabar baiknya adalah kegemukan merupakan faktor risiko yang bisa diubah atau dimodifikasi. Caranya seperti melakukan mamografi rutin, dan menjaga berat badan tetap ideal. "Hal tersebut penting dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan seorang wanita terdiagnosis kanker payudara stadium lanjut," sebutnya.
Sementara itu, ahli epidemiologi dari Harborview Medical Center di Seattle, Dr Joann Elmore, juga mengatakan pada dasarnya terdapat efek biologis tertentu dari kondisi obesitas, bisa memengaruhi perkembangan tumor atau kanker payudara.
Dr Joann Elmore mengatakan, hasil studi tersebut harus menginspirasi wanita yang kelebihan berat badan agar berupaya menurunkannya menjadi lebih ideal. "Manakala faktor lainnya, seperti pertambahan umur dan mutasi genetik, tidak bisa dicegah, maka menjaga berat badan agar senantiasa ideal adalah langkah pencegahan yang bisa dikontrol sendiri oleh wanita yang bersangkutan," katanya. (Okezone)