PERKEMBANGAN pemahaman fungsi mineral terhadap kesehatan semakin luas, tidak lagi hanya fungsi dasarnya. Sebagai contoh mineral Fe (besi) yang fungsi dasar adalah untuk mencegah anemia, ternyata implikasinya juga dapat meningkatkan produktivitas. Kemajuan pengetahuan dalam fungsi mineral sangat membantu perkembangan sains secara terus-menerus, seperti fungsi beberapa mineral sebagai neurotransmiter (zink, iodium, dan selenium) sangat membantu untuk menciptakan generasi masa depan yang lebih pintar.
Di lain pihak, mineral juga dapat memperpanjang umur dengan peningkatan kesehatan jantung dan hubungannya dengan mencegah kenaikan kolesterol, sebagai faktor risiko penyebab penyakit jantung koroner. Peranan mineral terhadap kesehatan jantung juga sangat banyak dikaitkan terutama, zink (Zn), kuprum (Cu), kromium (Cr), mangan (Mn), selenium (Se), dan kalsium (Ca). Zink, kuprum, krom, dan mangan dikaitkan dengan disfungsi endotelial. Selenium dikaitkan dengan fungsinya pada sel otot jantung serta kalsium hubungannya dengan penurunan sintesa lemak pada jaringan adipose/lemak.
Perbandingan zink dengan kuprum (Zn:Cu) tinggi akan meningkatkan risiko kena penyakit kardiovaskuler hal ini dikaitkan dengan semakin tinggi kolesterol, hipertensi dan HDL-kolesterol (hight density lipoprotein) menjadi rendah. Kebutuhan akan zink adalah 15 mg/hari. Kadar kuprum menurun dalam plasma akan menyebabkan hiperkolesterol dan gangguan fungsi jantung, kebutuhan kuprum dalam sehari 2-3 mg/hari. Kebutuhan krom erat kaitannya dengan metabolisme karbohidrat, kadar krom tercukupi akan menyebabkan kerja insulin meningkat dan menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler, total kolesterol menurun serta meningkatkan HDL-kolesterol. Kebutuhan Cr 50-200 mg/hari. Kebutuhan mangan 2,5 mg/hari, jika kebutuhan mangan tercukupi, juga akan meningkatkan kerja insulin dan memperbaiki kadar gula dalam darah, serta meningkatkan HDL-kolesterol.
Peranan kalsium untuk menurunkan berat badan dan kolesterol telah terungkap secara empiris, walaupun sebagai fungsi utama kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Perkembangan pengetahuan ini juga membawa dilema (antagonistik) efek kalsium terhadap peningkatan risiko aterosklerosis. Konsumsi kalsium yang cukup dalam diet harian dianjurkan untuk menurunkan berat badan dan menurunkan sintesis lemak dan mencegah hiperkolesterol.
Hasil studi longitudinal pada wanita menunjukkan IMT (indeks massa tubuh) menurun dengan peningkatan konsumsi kalsium. IMT adalah perbandingan berat badan (kg) dengan tinggi badan (meter) pangkat dua. Konsumsi kalsium dengan protein (rasio 1:20) akan menurunkan berat badan 1 kg/tahun. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa orang yang kegemukan (obesitas) akan dapat menurunkan berat badan dengan tingkat keberhasilan 60-80 persen jika konsumsi kalsium sesuai anjuran.
Mekanisme kerja kalsium berhubungan dengan peran intraseluler kalsium dalam metabolisme pada jaringan adiposit (terlihat pada gambar). Peningkatan konsumsi kalsium dalam bahan pangan akan menurunkan konsentrasi 1,25-dehidroksi vitamin D (1,25 (OH2) D). Hasilnya akan menyebabkan penurunan pengaturan transfer kalsium ke adiposit dan pankreas. Dalam adiposit penurunan konsentrasi kalsium intraseluler akan menurunkan sintesa asam lemak, penurunan proses lipogenesis (pembentukan lemak), dan peningkatan lipolisis (pemecahan lemak).
Dalam sel pankreas, penurunan konsentrasi kalsium dalam intraseluler akan menurunkan produksi insulin yang akan berpengaruh terhadap penurunan lipogenesis dan peningkatan lipolisis dalam adiposit. Kombinasi kedua ini berperan dalam penurunan simpanan lemak dalam jaringan adiposit (Onge, 2005).
oleh : Bernatal Saragih Staf Pengajar Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda (Kompas)