Obesitas ancam nak-anak di Erofa


SEMENTARA anak-anak di Indonesia teracam pertumbuhannya akibat kekurangan gizi, anak-anak di Eropa juga terancam kesehatannya tetapi dengan penyebab berbeda. Dengan kesejahteraan yang lebih baik, anak-anak Eropa tengah dilanda wabah obesitas atau kegemukan yang memicu risiko beragam penyakit berat.

Seperti dilaporkan oleh Komite Keselamatan Makanan, Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup di Parlemen Eropa, Selasa (27/5), hampir 22 juta anak di Eropa mengalami kelebihan berat badan dan sebanyak 1,3 juta anak lagi akan mengalami kegemukan atau obesitas pada 2010 mendatang. Laporan itu menyerukan segera diterapkannya upaya mencegah kegemukan pada anak-anak. Beragam langkah konkret telah disiapkan seperti pencantuman label yang lebih jelas pada setiap kemasan, perbaikan kualitas makanan di sekolah dan taman kanak-kanak, serta pembatasan iklan makan tidak sehat untuk anak-anak.

Parlemen dalam laporannya itu juga menyarankan pendekatan bertahap dan komprehensif untuk memerangi kegemukan yang mengakibatkan seseorang menjadi rentan terhadap penyakit.

Problem obesitas telah menyebabkan pemerintah menghabiskan 6 persen dari biaya kesehatan secara langsung , namun tapi biaya yang tidak dikeluarkan langsung (indirect cost) jauh lebih tinggi.

"Kegemukan adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius di Eropa karena secara signifikan meningkatkan risiko penyakit kronis seperti jantung, pembuluh darah, diabetes tipe 2 dan beberapa jenis kanker," ungkap laporan parlemen itu.

Karena kegemukan pada masa kanak-kanak sangat berkaitan dengan kegemukan pada saat dewasa, komisi tersebut dan pemegang saham lain harus menjadikan upaya untuk memeranginya sebagai prioritas mereka. "Semua kurikulum sekolah harus dirancang gua menjamin bahwa pelatihan fisik dan makanan yang seimbang menjadi bagian dari prilaku anak-anak setiap hari," isi siaran pers tersebut.

Komite itu juga menyerukan tindakan lain guna mencegah anak-anak menjadi kegemukan, termasuk larangan di seluruh Eropa atas penggunaan asam lemak buatan, dan menyatakan konsumsi terus-menerus asam lemak (lebih 2 persen dari jumlah seluruh asupan energi) berkaitan dengan peningkatan besar resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. (Mei 2008, Kompas)