Obesitas atau penyakit kegemukan yang menimpa kalangan anak-anak dapat memicu pertumbuhan segala penyakit, terutama pada bagian organ reproduksi. Pakar andrologi Rumah Sakit (RS) Baptis Kediri, Dr. dr. Hudi Winarso, M.Kes, Sp.And, Sabtu, mengemukakan, obesitas pada anak terjadi akibat adanya asupan secara berlebihan berbagai jenis makanan yang tidak sehat. "Sehingga, hal ini menjadikan si anak kurang aktif," katanya saat menyampaikan paparannya dalam seminar kesehatan mengenai "Dampak Obesitas Pada Anak" di RS Baptis Kediri, Jatim.
Lebih lanjut Hudi mengatakan, organ reproduksi anak laki-laki dapat terkena "Hipospadia" atau adanya kelainan saluran kencing dengan pembengkakan alat kelamin, sehingga pembuangan air kencing tidak normal.
"Selain itu, si anak yang menderita obesitas akan mengalami gangguan ’Mikro Penis’, karena perkembangan organ laki-laki menjadi kecil," katanya mengungkapkan.
Gangguan lain yang biasanya terjadi pada anak-anak yang menderita obesitas, adalah "Undesensus Testis" atau biji pelir yang posisinya berada di dalam perut.
Selain obesitas, bahan kimia yang mengakibatkan kerusakan alat reproduksi adalah bahan yang mengandung Dioxin yang biasanya digunakan sebagai pemutih kertas, DDT, dan Metanol Ethanol yang banyak terdapat dalam plastik, botol, dan kaleng.
Sementara itu pembicara lainnya dalam seminar itu, dr. Sebastianus Jobul menambahkan, hingga kini di Indonesia masih belum ada penelitian mengenai epidemiologi baku tentang obesitas.
"Tapi berdasarkan penelitian epidemiologi di sub urban Jakarta terjadi peningkatan. Tahun 1992 jumlahnya mencapai17,1 persen, padahal pada 1982 hanya 4,2 persen,"
katanya.Peningkatan itu, lanjut Sebastian, dikarenakan perubahan gaya hidup yang cenderung konsumtif dan menyukai makanan serba instan. "Besar kemungkinan angka pencetus obesitas, karena sindroma metabolik akan terus meningkat. Ini karena adanya perubahan gaya hidup yang lebih menyukai makanan instan," katanya menegaskan.
Sedang pemerhati kesehatan anak, dr. Rihi Here Wila mengatakan, terjadinya obesitas pada anak, 90 persen dipengaruhi nutrisi, sedang 10 persen sisanya faktor keturunan. Namun dia menyatakan, penggunaan obat-obatan pencegah obesitas justru berdampak buruk pada kesehatan anak. "Sebenarnya obesitas dapat dicegah, salah satunya dengan memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif dan memberikan makanan yang sehat dan seimbang," katanya. Ia menyarankan, para ibu untuk memperbanyak porsi makanan pada anak berupa buah-buahan dan sayur-sayuran. Menurut dia, dengan pola makan yang lebih teratur dapat mencegah anak terkena obesitas, sehingga dapat menghindari risiko terkena penyakit sejak dini./Antara