Bagi sebagian orang, obesitas itu musibah. Penderita obesitas biasanya sulit mendapatkan pakaian yang pas. Enggak lincah lagi dan terkesan lamban. Rawan terkena penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, batu empedu, maupun asam urat.
Tentu saja kita enggak mau mendapat musibah seperti itu. Nah, supaya terhindar dari obesitas atau kelebihan berat badan, kita harus tahu dulu penyebabnya.
1. Faktor keturunan (genetik)
Bisa saja kita berbakat gemuk karena terlahir dari orangtua yang juga berukuran besar. Dari hasil penelitian di Amrik, anak-anak yang salah satu orangtuanya penderita obesitas mempunyai 40-50 persen menjadi gemuk. Peluang ini akan meningkat menjadi 70-80 persen jika kedua orangtuanya menderita obesitas. Sederhananya, bayi yang lahir dari orangtua yang gemuk cenderung menjadi gemuk juga.
Hal yang patut diwaspadai, kegemukan sejak bayi atau anak-anak peluangnya sangat kecil untuk kurus jika dewasa nanti. Hal ini bisa terjadi karena jumlah sel pada tubuh anak-anak yang gemuk jauh di atas normal. Berbeda dengan orang dewasa yang mengalami kegemukan, sel-sel tubuhnya tidak melebihi jumlah normal tetapi mengalami pembesaran sehingga menjadi lebih mudah untuk menjadi kurus.
2. Gaya hidup
Perilaku, kebiasaan makan, pemilihan makanan, cara menggunakan energi, serta cara kita mengelola stres, dapat menyebabkan obesitas bila kita tidak melakukannya dengan benar.
Emosional dan selera makan adalah dua faktor yang sangat kuat hubungannya. Hal ini bisa terjadi karena hormon yang dikeluarkan pada saat emosi akan berakibat pada peningkatan metabolisme tubuh. Proses ini menyebabkan penurunan kadar gula darah dan menimbulkan rasa lapar. Karena itu beberapa orang yang sedang stres akan mencari pelarian dengan mengonsumsi makanan kesukaannya.
Tidak menjadi masalah besar jika makanan kesukaan itu tergolong buah-buahan atau sayur-sayuran. Tapi kebanyakan kita lebih menyenangi makanan manis dan gurih. Cokelat, misalnya.
Untuk sementara waktu, makanan manis seperti cokelat memang membantu karena bisa melenyapkan perasaan suntuk, sedih, tertekan, dan dapat menimbulkan kegembiraan. Sangat berbeda akibatnya jika keadaan ini berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu panjang dan tidak terkontrol. Karena orang stres maunya hanya diam di rumah dan tidak bergairah untuk melakukan kegiatan apa pun, maka jadilah segala gula, karbohidrat, lemak, protein, dan semua zat gizi yang terkandung dalam makanan disimpan menjadi lemak. Lama-lama menggelembung di perut, paha, pantat, betis, dan pundak.
Penting juga untuk diperhatikan, yaitu kebiasaan makan di keluarga. Penderita obesitas ternyata sering berasal dari keluarga yang punya kebiasaan makan dalam porsi besar, frekuensi lebih sering, selalu punya persediaan makanan kecil di dapur, dan makan di luar waktu makan.
Di samping itu, kita yang bertempat tinggal di kota besar sepertinya jarang melakukan aktivitas fisik dibanding teman kita di kota kecil atau pedesaan. Tersedianya fasilitas transportasi (dari ojek, bus kota, taksi, sampai kendaraan pribadi) membuat kita lebih pasif. Begitu juga dengan kegiatan rumah tangga. Dengan berbagai mesin dan alat bantu, kita jadi hemat tenaga. Misalnya, kita tak perlu mengerahkan banyak tenaga untuk mencuci pakaian karena adanya mesin cuci.
Dengan berbagai fasilitas tersebut, tubuh kita jadi jarang bergerak. Ini memperlambat proses pembakaran dalam tubuh sehingga lemak yang mengendap semakin bertumpuk.
Lalu harus gimana dong? Apakah kita enggak boleh makan cokelat, enggak boleh menggunakan mesin cuci, dan pergi ke mana-mana harus jalan kaki?
Gaya hidup sehat
Kita boleh saja mengonsumsi makanan yang kita suka. Enggak ada salahnya juga memanfaatkan fasilitas yang mempermudah kerja kita. Tapi yang penting, sudah sehatkah gaya hidup kita?
Faktor pertama penyebab obesitas yaitu faktor genetik, tentu tak mungkin kita hindari. Dan kita tak mungkin bisa mengubahnya. Iya kan? Tapi kita pasti bisa mengubah gaya hidup kita ke arah yang lebih sehat agar terhindar dari obesitas. Caranya gampang kok!
1. Tidak melupakan sarapan
Biasanya pagi-pagi kita enggak sempat sarapan karena bangun kesiangan. Nah, coba ubah kebiasaan ini. Jangan melewatkan sarapan karena sarapan berguna bagi tubuh untuk mendapatkan energi. Energi yang diperoleh dari makanan akan digunakan tubuh setelah semalaman perut dalam keadaan kosong. Jika ini tidak terpenuhi, tubuh akan mengompensasi dengan rasa lapar yang lebih kuat, lalu porsi makan siang kita akan lebih banyak dibanding jumlah yang dibutuhkan.
2. Mengonsumsi makanan sehat
Makanan sehat yang dianjurkan itu termasuk buah-buahan segar dan sayuran yang mengandung serat. Serat ini membantu mengurangi penyerapan lemak sekaligus menurunkan risiko terkena penyakit jantung koroner.
3. Olahraga teratur
Olahraga akan mempercepat proses pembakaran lemak dalam tubuh kita.
Usaha mengubah perilaku untuk menuju hidup sehat perlu dilakukan secara terus-menerus sepanjang hidup. Dan kita perlu mempunyai motivasi dan disiplin diri yang kuat agar keinginan kita bisa tercapai. Semoga!
DAHLIA TAVIANO PKBI Sumatera Barat (Kompas)