Fruktosa atau gula yang banyak ditemukan dalam buah-buahan, madu, dan pemanis dari sari jagung memiliki efek yang merugikan bagi tubuh manusia. Zat yang sering disebut gula buah mungkin menipu tubuh sehingga seolah merasa lebih lapar dari kondisi sesungguhnya, demikian hasil penelitian. Temuan ini dapat menjelaskan mengapa pemanis makanan dapat memicu kegemukan di berbagai wilayah dunia.
Dalam penelitian yang dilakukan terhadap tikus, para peneliti dari University of Florida memastikan peran fruktosa dalam reaksi tubuh. Zat tersebut berperan dalam reaksi rantai biokimia yang menyebabkan peningkatan berat tubuh dan berbagai karakteristik sindrom metabolisme yang merupakan tanda-tanda awal diabetes tipe 2.
Para peneliti juga menemukan bahwa fruktosa juga dapat menyebabkan peningkatan kandungan asam urat dalam darah. peningkatan yang terjadi sewaktu-waktu akan menghentikan kerja insulin, hormon yang mengatur fungsi sel tubuh dalam menggunakan dan menyimpan gula sebagai sumber energi.
Jika peningkatan kandungan asam urat terjadi terus-menerus, pengaruh buruk sindrom metabolisme akan semakin bertambah. Dampaknya antara lain kegemukan, peningkatan kolesterol darah, dan tekanan darah tinggi.
"Ketika kita menekan atau menurunkan kandungan asam urat, kita akan mampu mencegah atau mengurangi sindrom metabolisme ini," kata Dr. Richard Johnson, profesor ilmu ginjal dan penyekit dalam dari College of Medicine, University of Florida. Dengan cara menyuntikkan insulin, mereka mampu menurunkan berat badan dan menurunkan kenaikan kandungan trigliserida (lemak) di darah. Tubuh tikus juga tidak memperlihatkan penolakan terhadap insulin tambahan dan tekanan darahnya normal.
Hasil peneltiian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Clinical Practice Nephrology edisi Desember. /Kompas